Prediksi Perputaran Uang Lebaran 2025 Turun: Kadin Ungkap Penyebabnya
Kadin memprediksi perputaran uang selama libur Lebaran 2025 turun menjadi Rp137,9 triliun akibat penurunan jumlah pemudik dan faktor ekonomi lainnya.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi penurunan perputaran uang selama libur Idul Fitri 1446 H/Lebaran 2025. Prediksi ini didasarkan pada survei yang menunjukkan penurunan jumlah pemudik sebesar 24 persen dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini berdampak signifikan pada perkiraan perputaran uang yang semula mencapai Rp157,3 triliun di tahun 2024, kini diperkirakan hanya sekitar Rp137,9 triliun di tahun 2025.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menjelaskan bahwa prediksi tersebut didapat dari perhitungan jumlah pemudik tahun ini yang mencapai 146,48 juta orang atau setara dengan 36,26 juta keluarga (dengan asumsi empat anggota keluarga). Dengan estimasi rata-rata keluarga membawa uang sebesar Rp3,75 juta (naik 10 persen dari tahun lalu), potensi perputaran uang mencapai Rp137,9 triliun. Namun, angka ini masih berpotensi naik hingga Rp145 triliun jika rata-rata uang yang dibawa per keluarga mencapai Rp4 juta.
Penurunan jumlah pemudik ini disebabkan oleh beberapa faktor. Jarak libur Natal-Tahun Baru dan Idul Fitri yang berdekatan, mendekati tahun ajaran baru, maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), penurunan daya beli masyarakat, dan faktor cuaca turut berkontribusi terhadap penurunan tersebut. Meskipun Bank Indonesia telah menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp180,9 triliun, diperkirakan tidak akan terserap sepenuhnya.
Faktor-faktor Penurunan Perputaran Uang Lebaran 2025
Beberapa faktor signifikan berkontribusi terhadap penurunan perputaran uang selama libur Lebaran 2025. Salah satu faktor utama adalah berdekatannya libur Natal dan Tahun Baru dengan Idul Fitri. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat yang telah berlibur di akhir tahun cenderung mengurangi pengeluaran untuk mudik Lebaran. Selain itu, mendekatnya tahun ajaran baru juga mendorong masyarakat untuk lebih berhemat.
Faktor ekonomi juga turut berperan. Meningkatnya angka PHK berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Kondisi ini membuat banyak orang mengurangi pengeluaran, termasuk untuk kegiatan mudik. Terakhir, faktor cuaca juga mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mudik. Kondisi cuaca yang buruk dapat menghambat perjalanan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Meskipun terjadi penurunan, perputaran uang tetap diprediksi akan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sekitar 60 persen diperkirakan akan berputar di Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Sisanya, 40 persen, akan tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.
Sektor yang Terdampak
Penurunan perputaran uang akan berdampak pada berbagai sektor usaha. Industri makanan dan minuman, fesyen, ritel, pedagang sembako, dan sektor pariwisata akan merasakan dampaknya. Hotel, restoran, minimarket, UMKM, dan destinasi wisata akan mengalami penurunan pendapatan. Sektor transportasi juga akan terdampak, termasuk bus, kereta api, kapal penumpang, pesawat terbang, dan pengelola tol serta SPBU.
Meskipun demikian, Kadin berharap perputaran uang yang terjadi tetap dapat menggairahkan perekonomian lokal dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Sarman Simanjorang menekankan pentingnya pelayanan yang baik dari para pelaku usaha agar pemudik dapat menghabiskan uangnya di kampung halaman. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari penurunan perputaran uang yang diprediksi terjadi.
Distribusi Perputaran Uang:
• 60% di Pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Jabodetabek)
• 40% di wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua
Sektor Usaha yang Terpengaruh:
• Industri makanan dan minuman
• Fesyen dan baju muslim
• Ritel dan pedagang sembako
• Pariwisata (hotel, restoran, destinasi wisata)
• UMKM
• Sektor transportasi (darat, laut, udara)
Kadin berharap agar para pelaku usaha dapat memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan dan menarik minat pemudik agar tetap berbelanja di daerah tujuan mudik. Dengan demikian, dampak negatif dari penurunan perputaran uang dapat diminimalisir.