Prediksi UOB: BI Rate Turun 2-3 Kali di 2025, Rupiah Tertekan
UOB memproyeksikan penurunan BI rate sebanyak 2-3 kali di tahun 2025, meskipun hal ini berpotensi meningkatkan inflasi dan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, memprediksi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebanyak dua hingga tiga kali sepanjang tahun 2025. Penurunan pertama telah terjadi pada Januari 2025. Prediksi ini disampaikan dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada Jumat lalu.
UOB berharap penurunan BI rate akan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, khususnya konsumsi dan pasar dalam negeri. Hal ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka. Namun, prediksi ini juga mempertimbangkan berbagai faktor eksternal yang memengaruhi perekonomian Indonesia.
Salah satu faktor eksternal tersebut adalah kondisi moneter Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate/FFR). Penurunan FFR sejak September 2024 telah memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah akibat capital outflow atau aliran modal keluar dari Indonesia.
Meskipun penurunan FFR diperkirakan melambat, UOB memproyeksikan tekanan terhadap rupiah akan berlanjut sepanjang tahun 2025. Mereka memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mencapai Rp16.500 pada akhir tahun, dengan puncak pelemahan di kuartal III 2025 di kisaran Rp16.800.
Namun, perlu diingat bahwa pelemahan rupiah ini bukan fenomena yang unik. Menurut Vera, hampir semua mata uang dunia juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS. UOB mengingatkan masyarakat dan pelaku usaha untuk mengantisipasi dampak pelemahan rupiah ini, karena hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas impor.
Pelemahan rupiah dan kenaikan harga komoditas impor diperkirakan akan mendorong inflasi domestik hingga 2,5 persen, menurut proyeksi ekonom UOB. Angka ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi tahun sebelumnya (2024) oleh IMF yang memperkirakan inflasi Indonesia sebesar 2,3 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh tren peningkatan harga pangan yang terjadi saat ini.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa BI masih melihat ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Keputusan BI akan mempertimbangkan realisasi inflasi dibandingkan target pemerintah (2,5 persen plus minus 1 persen), serta upaya mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 5,2 persen di tahun 2025.
Kesimpulannya, prediksi UOB tentang penurunan BI rate di tahun 2025 perlu diimbangi dengan kewaspadaan terhadap potensi tekanan pada nilai tukar rupiah dan peningkatan inflasi. Situasi ini membutuhkan antisipasi dari pelaku usaha dan masyarakat untuk meminimalisir dampak negatifnya.