Produksi Beras Indonesia Januari-April 2025: Tertinggi Tujuh Tahun Terakhir!
BPS memprediksi produksi beras Indonesia periode Januari-April 2025 mencapai 13,95 juta ton, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, didorong curah hujan yang memadai.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kabar gembira bagi Indonesia. Produksi beras pada periode Januari-April 2025 diprediksi mencapai 13,95 juta ton. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, sejak tahun 2019. Prediksi ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta pada Senin lalu. Kenaikan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi cuaca yang mendukung dan peningkatan produktivitas pertanian.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, produksi beras pada periode yang sama mengalami fluktuasi. Pada tahun 2019 tercatat 13,63 juta ton, tahun 2020 turun menjadi 11,52 juta ton, kemudian naik kembali menjadi 13,58 juta ton (2021), 13,71 juta ton (2022), dan turun lagi menjadi 12,98 juta ton (2023) serta 11,07 juta ton (2024). Lonjakan produksi di tahun 2025 ini menunjukkan tren positif yang signifikan dalam sektor pertanian Indonesia.
"Jika dibandingkan dengan realisasi produksi pada tahun-tahun sebelumnya, potensi produksi beras sepanjang Januari sampai dengan April 2025 diperkirakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir atau sejak tahun 2019," jelas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Kontribusi Pulau Jawa dan Luar Jawa
Pulau Jawa masih menjadi penyumbang utama produksi beras nasional. Jawa Timur memimpin dengan produksi mencapai 2,71 juta ton, diikuti Jawa Tengah dengan 2,3 juta ton, dan Jawa Barat dengan 1,96 juta ton. Kontribusi dari luar Pulau Jawa juga signifikan, dengan Sulawesi Selatan menghasilkan 1,08 juta ton, Sumatera Selatan 933 ribu ton, dan Lampung 788 ribu ton.
Tingginya produksi ini tidak terlepas dari kondisi iklim yang mendukung. Curah hujan di berbagai wilayah Indonesia tergolong menengah hingga tinggi, menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan tanaman padi. "Kondisi ini akan mendukung kegiatan budi daya tanaman padi sepanjang Januari sampai dengan April 2025. Namun demikian juga perlu diwaspadai curah hujan kriteria sangat tinggi pada sejumlah wilayah yang dapat mengganggu budi daya tanaman padi," imbuh Amalia.
Meskipun demikian, perlu diwaspadai potensi gangguan dari curah hujan yang sangat tinggi di beberapa wilayah, yang berpotensi mengganggu budi daya tanaman padi. Monitoring dan antisipasi dini tetap diperlukan untuk meminimalisir risiko tersebut.
Hasil Panen Padi dan Nilai Tukar Petani
Sejalan dengan peningkatan produksi beras, hasil panen padi pada periode yang sama juga mencapai rekor tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Akumulasi hasil panen Januari hingga April 2025 mencapai 24,22 juta ton, meningkat 26,02 persen secara tahunan (year on year).
Meskipun demikian, nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2025 mengalami penurunan sebesar 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month), menjadi 123,45. Komoditas yang mempengaruhi indeks harga terima petani antara lain cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kakao atau biji coklat. Nilai tukar usaha pertanian (NTUP) pada periode yang sama juga turun 0,67 persen secara bulanan, tercatat sebesar 125,69.
Secara keseluruhan, prediksi produksi beras tertinggi dalam tujuh tahun terakhir ini menjadi kabar baik bagi ketahanan pangan Indonesia. Namun, pemantauan dan antisipasi terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tetap perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan hasil pertanian di masa mendatang.