Harga Beras di Penggilingan Turun 10,44 Persen, Produksi Januari-April 2025 Tertinggi dalam 7 Tahun
BPS melaporkan penurunan harga beras di penggilingan sebesar 10,44 persen secara tahunan pada Februari 2025, sementara produksi beras Januari-April 2025 mencapai angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kabar baik terkait harga beras di Indonesia. Pada Februari 2025, harga beras di tingkat penggilingan mengalami penurunan signifikan sebesar 10,44 persen secara tahunan (year on year). Penurunan ini membawa harga beras dari Rp14.118 per kilogram menjadi Rp12.784 per kilogram. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.
Penurunan harga beras ini merupakan rata-rata dari semua kualitas beras dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan signifikan secara tahunan, penurunan harga beras secara bulanan terbilang minim, hanya sekitar 0,09 persen, dari Rp12.796 menjadi Rp12.784 per kilogram. Penurunan harga juga terlihat di tingkat grosir dan eceran, meskipun tidak sedrastis di tingkat penggilingan.
Data BPS menunjukkan tren positif dalam sektor pertanian Indonesia. Produksi beras pada periode Januari-April 2025 (subround I) mencapai 13,95 juta ton, angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Capaian ini melampaui produksi beras pada tahun 2019 (13,63 juta ton), 2020 (11,52 juta ton), 2021 (13,58 juta ton), 2022 (13,71 juta ton), 2023 (12,98 juta ton), dan 2024 (11,07 juta ton).
Analisis Harga Beras di Berbagai Tingkat Distribusi
Data BPS menunjukkan penurunan harga beras tidak hanya terjadi di tingkat penggilingan. Di tingkat grosir, harga beras turun 4,58 persen secara tahunan menjadi Rp13.604 per kilogram. Sementara itu, di tingkat eceran, penurunannya mencapai 2,63 persen, menjadi Rp14.708 per kilogram. Meskipun demikian, terdapat inflasi bulanan (month to month) di tingkat grosir sebesar 0,32 persen dan di tingkat eceran sebesar 0,26 persen.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, "Harga beras yang kami sampaikan merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia." Penjelasan ini memberikan konteks penting dalam memahami data yang dirilis. Perbedaan kualitas dan lokasi geografis tentu mempengaruhi harga beras di pasaran.
Lebih lanjut, Amalia menambahkan, "Di tingkat grosir terjadi inflasi sebesar 0,32 persen secara month to month, dan terjadi deflasi 4,58 persen secara year on year. Di tingkat eceran, terjadi inflasi sebesar 0,26 persen secara month to month, dan terjadi deflasi 2,63 persen secara year on year." Pernyataan ini menggarisbawahi fluktuasi harga yang terjadi baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Kontribusi Pulau Jawa terhadap Produksi Beras Nasional
Pulau Jawa masih menjadi kontributor utama produksi beras nasional. Data BPS menunjukkan bahwa Jawa Timur menghasilkan 2,71 juta ton beras, Jawa Tengah 2,3 juta ton, dan Jawa Barat 1,96 juta ton pada periode Januari-April 2025. Ketiga provinsi ini menyumbang sebagian besar produksi beras nasional, yang menunjukkan pentingnya pengelolaan lahan pertanian di Pulau Jawa untuk ketahanan pangan Indonesia.
BPS menggunakan data dari Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN Tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional untuk menghitung penggunaan lahan baku sawah (LBS) pada tahun 2024, dengan total lahan mencapai 7.384.341 hektare. Data ini menjadi acuan penting dalam menganalisis potensi produksi beras nasional di masa mendatang.
Secara keseluruhan, data yang dirilis BPS menunjukkan tren positif dalam sektor pertanian Indonesia, khususnya produksi dan harga beras. Penurunan harga di tingkat penggilingan dan peningkatan produksi beras menandakan potensi ketahanan pangan yang lebih baik. Namun, perlu tetap diwaspadai fluktuasi harga di tingkat grosir dan eceran, serta pentingnya pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan.
Meskipun terdapat penurunan harga, perlu pemantauan berkelanjutan untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan beras bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga keseimbangan antara produksi dan distribusi beras.