Produksi Beras Lebak Surplus, Cukup untuk Lima Bulan Ke Depan
Produksi beras di Lebak mencapai 90.089 ton pada Januari-Februari 2025, surplus dan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan hingga lima bulan ke depan, bahkan hingga Ramadhan.

Kabupaten Lebak, Banten, berhasil membukukan produksi beras yang menggembirakan pada periode Januari-Februari 2025. Petani lokal berhasil memproduksi 90.089 ton beras atau setara dengan 142.478 ton gabah kering giling (GKG). Pencapaian ini disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, pada Senin lalu di Lebak. Keberhasilan ini menjawab pertanyaan apa yang dicapai, siapa yang berjasa (petani Lebak), di mana (Kabupaten Lebak), kapan (Januari-Februari 2025), mengapa (upaya pemerintah dan kondisi alam yang mendukung), dan bagaimana (dengan peningkatan produksi dan pengelolaan lahan).
Jumlah produksi tersebut dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Lebak selama lima bulan ke depan. Hal ini disampaikan langsung oleh Deni Iskandar: "Lebak dengan penduduk 1,4 juta jiwa membutuhkan konsumsi beras 143.038 ton per tahun atau 11.920 ton per bulan. Jadi relatif aman."
Surplus beras bahkan diperkirakan akan tetap terjaga hingga bulan Ramadhan. Hingga Februari 2025, penyerapan beras mencapai sekitar 23.840 ton, meninggalkan surplus sebesar 66.249 ton. Prospek ke depan pun cerah dengan adanya panen raya yang dijadwalkan pada April 2025, yang diperkirakan akan menghasilkan panen dari lahan seluas 17 ribu hektare.
Produksi Beras Lebak dan Dampaknya
Pemerintah Kabupaten Lebak gencar menggenjot produksi beras di 28 kecamatan. Upaya ini didukung oleh curah hujan yang tinggi, yang memastikan ketersediaan air untuk irigasi. Luas areal persawahan baku di Kabupaten Lebak mencapai 52 ribu hektare dengan indeks pertanaman (IP) 3 kali tanam per tahun. Dengan demikian, potensi produksi beras Lebak sangat besar dan berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan ini berdampak positif bagi pendapatan petani. Dengan asumsi panen mencapai 6 ton/hektare dan harga gabah basah Rp7.000/kg, maka pendapatan petani bisa mencapai Rp42 juta per hektare. Hal ini dijelaskan oleh Deni Iskandar: "Jika panen itu menghasilkan 6 ton/hektare dengan harga gabah basah Rp7.000/kg, maka petani bisa menghasilkan pendapatan Rp42 juta."
Tingginya produksi beras juga berdampak pada harga jual di pasaran. Pedagang beras di Pasar Rangkasbitung, misalnya, banyak yang mendapatkan pasokan langsung dari petani dengan harga Rp12.000 per kilogram. Salah satu pedagang, Udin (50), mengungkapkan: "Kami membeli beras lima ton dengan harga Rp 12 ribu per kg atau di akumulasi sebesar Rp60 juta."
Potensi dan Tantangan Ke Depan
Dengan luas areal persawahan 52 ribu hektare dan IP 3 kali tanam, Kabupaten Lebak memiliki potensi produksi beras yang sangat besar. Artinya, angka tanam mencapai 156 ribu hektare per tahun, mampu berkontribusi terhadap kedaulatan pangan nasional sekitar 4-5 persen. Namun, keberhasilan ini perlu dijaga dan ditingkatkan dengan berbagai strategi, seperti peningkatan teknologi pertanian, pengelolaan irigasi yang baik, serta dukungan pemerintah yang berkelanjutan.
Keberhasilan produksi beras di Lebak menjadi contoh yang baik bagi daerah lain di Indonesia. Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan pemerintah, produksi beras di daerah lain juga dapat ditingkatkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional yang lebih optimal. Ke depan, perlu adanya upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi ini, misalnya dengan riset dan pengembangan varietas unggul, serta peningkatan akses petani terhadap teknologi dan informasi pertanian.
Secara keseluruhan, produksi beras di Lebak menunjukkan tren positif dan menjanjikan. Surplus beras yang signifikan dan prospek panen raya di bulan April 2025 menunjukkan potensi besar untuk ketahanan pangan daerah dan nasional. Namun, perlu adanya upaya berkelanjutan untuk menjaga dan meningkatkan produksi ini agar keberhasilan ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan di masa mendatang.