Produksi Beras Papua Barat Diprediksi Capai 2.210 Ton pada Awal 2025
BPS memprediksi produksi beras di Papua Barat mencapai 2.210 ton pada periode Januari-April 2025, meskipun lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya, dengan Kabupaten Manokwari sebagai penyumbang terbesar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat memprediksi produksi beras di Provinsi Papua Barat pada periode Januari-April 2025 akan mencapai 2.210 ton. Prediksi ini disampaikan oleh Kepala BPS Papua Barat, Merry, di Manokwari pada Selasa. Prediksi ini didapat melalui survei menggunakan metode kerangka sampel area (KSA) dengan aplikasi Android, menunjukkan fluktuasi produksi sejak Januari hingga peningkatan pada April 2025.
Meskipun menunjukkan peningkatan di bulan April, angka produksi ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang mencapai 4.090 ton. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi beras di masa mendatang. Lima kabupaten di Papua Barat menjadi fokus utama dalam prediksi ini, yaitu Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Fakfak, dan Teluk Wondama.
Prediksi ini didasarkan pada luas panen padi dan produktivitas padi yang diestimasi. Metode pengumpulan data juga telah ditingkatkan dengan penggunaan aplikasi Android dan sistem berbasis website untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi pengolahan data. Pelatihan berkala juga diberikan kepada petugas ubinan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam pengumpulan data.
Produksi Beras di Lima Kabupaten Papua Barat
Kabupaten Manokwari menjadi penyumbang terbesar produksi beras dengan perkiraan mencapai 1.570 ton pada subround pertama 2025. Disusul oleh Kabupaten Manokwari Selatan dengan 433,29 ton, Kabupaten Teluk Bintuni dengan 106,04 ton, Kabupaten Fakfak dengan 69,49 ton, dan Kabupaten Teluk Wondama dengan 26,95 ton. Menariknya, hanya Kabupaten Fakfak dan Teluk Wondama yang diprediksi mengalami peningkatan produksi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Luas panen padi juga bervariasi di setiap kabupaten. Kabupaten Manokwari memiliki luas panen terbesar yaitu 592 hektare, diikuti Manokwari Selatan (174 hektare), Teluk Bintuni (43 hektare), Fakfak (28 hektare), dan Teluk Wondama (11 hektare). Sama seperti produksi beras, luas panen padi di Fakfak dan Wondama juga diprediksi meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Produktivitas padi juga beragam antar kabupaten. Manokwari diperkirakan memiliki produktivitas tertinggi yaitu 2.620 ton gabah, disusul Manokwari Selatan (721,14 ton gabah), Teluk Bintuni (176,48 ton gabah), Fakfak (115,67 ton gabah), dan Teluk Wondama (44,85 ton gabah).
Metode Pengumpulan Data yang Lebih Modern
BPS Papua Barat menggunakan metode kerangka sampel area (KSA) dalam penentuan sampel ubinan untuk mengurangi risiko lewat panen. Proses ini kini telah dimodernisasi dengan penggunaan aplikasi Android, menggantikan metode manual sebelumnya. Koordinat plot ubinan digunakan sebagai dasar pelaksanaan evaluasi dan analisis spasial ubinan.
Selain itu, telah dikembangkan metode pengolahan data ubinan berbasis website dan software untuk pengecekan data pencilan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas data yang dihasilkan. Petugas ubinan juga diberikan pelatihan berkala untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas mereka dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Dengan penggunaan teknologi dan pelatihan yang berkelanjutan, diharapkan akurasi data produksi beras di Papua Barat dapat terus ditingkatkan. Ini akan membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan sektor pertanian di provinsi tersebut.
Secara keseluruhan, prediksi produksi beras di Papua Barat menunjukkan fluktuasi, namun upaya modernisasi dalam pengumpulan dan analisis data diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat dan membantu dalam pengembangan sektor pertanian ke depannya. Peningkatan kapasitas petugas ubinan juga menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh data yang handal dan terpercaya.