Program 3 Juta Rumah: Dorong Pariwisata NTB Lewat Homestay
Program pembangunan tiga juta rumah oleh Kementerian PKP berpotensi besar mendongkrak sektor pariwisata di NTB, khususnya dengan pengembangan homestay di kawasan pesisir.

Pembangunan tiga juta rumah oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) dinilai mampu mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Jamaludin Malady, di Mataram pada Jumat, 24 Januari.
Menurut Jamaludin, ketersediaan akomodasi, terutama di daerah pesisir seperti Teluk Saleh, Sumbawa (yang kini populer dengan wisata hiu), masih kurang. Program pembangunan rumah ini, khususnya rumah susun dan homestay, dinilai sebagai solusi tepat untuk mengatasi kekurangan tersebut.
Ia menambahkan bahwa program ini sejalan dengan upaya pengembangan pariwisata NTB. Dengan penataan kawasan pesisir yang baik, wisatawan akan merasa lebih aman dan nyaman, yang pada akhirnya meningkatkan kunjungan wisata. Konsep homestay, yang memanfaatkan rumah warga, dianggap sangat potensial dalam hal ini.
Homestay: Model Sukses di KEK Mandalika
Suksesnya program homestay telah terbukti di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Di sana, banyak rumah warga yang telah disulap menjadi homestay, memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Jamaludin optimis, program tiga juta rumah akan memberikan dampak serupa di seluruh NTB.
Perencanaan Matang, Kunci Keberhasilan
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Fahri Hamzah, dalam kunjungan kerjanya di Mataram menegaskan pentingnya perencanaan matang dalam program pembangunan rumah. Ia menekankan agar kesalahan perencanaan di masa lalu dihindari, sehingga pembangunan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Lebih lanjut, Fahri menjelaskan bahwa fokus program perumahan di desa-desa adalah penataan kawasan untuk meningkatkan kualitas rumah dan mempererat hubungan antar tetangga. Sementara di perkotaan, mengingat harga tanah yang tinggi, fokusnya adalah pembangunan rumah susun, terutama dengan fasilitas lift untuk bangunan di atas tiga lantai.
Fahri juga mengingatkan pentingnya menghindari kepentingan politik dalam proyek pembangunan. Proyek yang didasari kepentingan politik berisiko menghasilkan bangunan terbengkalai dan tidak terpakai, merugikan keuangan negara. Ia berharap agar semua pihak berkomitmen membangun infrastruktur yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Kesimpulan
Program pembangunan tiga juta rumah diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pariwisata NTB. Dengan pengembangan homestay dan penataan kawasan yang baik, program ini berpotensi meningkatkan jumlah akomodasi dan perekonomian masyarakat lokal. Perencanaan matang dan terbebas dari kepentingan politik menjadi kunci keberhasilan program ini.