Puluhan Biksu Lakukan Pindapata di Magelang Jelang Kunjungan Candi Borobudur
Puluhan biksu dari Thailand melakukan pindapata di Kota Magelang, Jawa Tengah, sebagai bentuk tradisi mengumpulkan dana dan perbekalan sebelum mengunjungi Candi Borobudur.

Sebanyak 41 biksu melakukan tradisi pindapata di Kota Magelang, Jawa Tengah, pada Sabtu, 10 Mei 2024. Kegiatan ini dilakukan sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur. Para biksu, yang sebelumnya melakukan perjalanan panjang dari Thailand, mengumpulkan dana dan perbekalan dari masyarakat dengan cara ini. Tradisi ini merupakan bagian penting dari perjalanan spiritual mereka.
Wakil ketua harian Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kota Magelang, Gunawan, menjelaskan bahwa pindapata merupakan tradisi di mana umat memberikan dana berupa makanan, obat-obatan, uang, pakaian, dan lainnya kepada para biksu. Dana tersebut diberikan dengan cara diletakkan di mangkuk yang dibawa oleh para biksu yang sedang melakukan perjalanan. Para biksu berjalan di sepanjang Jalan Pemuda, Kota Magelang, untuk melakukan pindapata ini.
Gunawan menambahkan bahwa kegiatan pindapata ini selalu dilakukan setiap perayaan Wisak oleh TITD Kota Magelang. Tradisi ini memiliki makna mendalam bagi umat, yaitu sebagai bentuk berdana yang diyakini akan menghasilkan karma baik dan membawa kebahagiaan. Perjalanan spiritual para biksu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Magelang yang turut berpartisipasi dalam tradisi pindapata ini.
Rute Pindapata dan Makna Spiritual
Para biksu memulai pindapata di Jalan Pemuda, tepatnya di depan kelenteng. Mereka berjalan hingga ujung jalan, kemudian kembali ke utara. Sepanjang perjalanan, masyarakat dengan sukarela memberikan dana mereka ke dalam mangkuk yang dibawa oleh para biksu. Sistem ini memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk berdana sesuai kemampuan mereka.
Tradisi pindapata ini bukan sekadar pengumpulan dana, melainkan juga bentuk penghormatan dan partisipasi masyarakat terhadap perjalanan spiritual para biksu. Hal ini menunjukkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Kota Magelang. Kehadiran para biksu Thudong dari Thailand juga menjadi daya tarik wisata religi yang unik.
Kegiatan ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk mempelajari lebih dalam tentang budaya dan tradisi agama Buddha. Interaksi langsung antara masyarakat dan para biksu menciptakan suasana yang harmonis dan penuh makna spiritual. Pindapata menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dan para biksu dalam sebuah pertukaran nilai-nilai kebaikan.
Wisak dan Tradisi Pindapata
TITD Kota Magelang konsisten melaksanakan tradisi pindapata setiap perayaan Wisak. Perayaan Wisak sendiri merupakan hari raya penting bagi umat Buddha yang diperingati setiap tahunnya. Pindapata menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Wisak di Kota Magelang, memperkaya nuansa spiritual dan kultural.
Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian dalam masyarakat. Melalui pindapata, terjalin hubungan harmonis antara para biksu dan masyarakat, menciptakan suasana yang penuh kedamaian dan saling menghormati. Kegiatan ini juga menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dapat terus lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan adanya pindapata ini, nilai-nilai agama Buddha seperti berdana, melakukan amal baik, dan hidup harmonis dengan sesama dapat diimplementasikan secara nyata. Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Magelang.
"Makna pindapata sendiri, umat berdana karena kami percaya dengan tindakan perdana itu merupakan karma baik akan mencapai kebahagiaan," kata Gunawan, menjelaskan makna mendalam di balik tradisi pindapata ini.
Kegiatan pindapata ini menjadi bukti nyata harmoni dan toleransi antar umat beragama di Kota Magelang, sekaligus menjadi daya tarik wisata religi yang unik dan bermakna.