Perjalanan Spiritual Biksu Thudong Menuju Borobudur: Sambutan Hangat Temanggung
36 biksu Thailand yang melakukan perjalanan Thudong menuju Candi Borobudur untuk Waisak 2025 disambut hangat oleh masyarakat Temanggung, Jawa Tengah, meski kelelahan membuat mereka melanjutkan perjalanan lebih cepat ke Magelang.

Sebanyak 36 biksu dari Thailand tengah menjalani perjalanan spiritual Thudong menuju Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan mereka yang bertujuan menyambut Hari Raya Waisak pada 12 Mei 2025 ini melewati Kabupaten Temanggung dan disambut dengan hangat oleh masyarakat setempat. Namun, karena kelelahan akibat perjalanan jauh dan cuaca panas, rombongan biksu tersebut terpaksa melanjutkan perjalanan lebih cepat menuju Magelang, Jumat (9/5).
Perjalanan spiritual ini telah menarik perhatian banyak orang. Masyarakat Temanggung, yang telah menunggu di pinggir jalan, menyambut kedatangan para biksu dengan penuh hormat dan antusiasme. Mereka memberikan penghormatan dan berkesempatan mengabadikan momen bersejarah ini. Meskipun rencana awal rombongan untuk beristirahat di Polsek Pringsurat batal, sambutan hangat dari masyarakat tetap terasa.
Kehadiran para biksu Thudong ini bukan hanya sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga membawa misi perdamaian dan toleransi antarumat beragama. Hal ini semakin memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati antaragama di Indonesia. Perjalanan mereka menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menyatukan berbagai kalangan masyarakat.
Sambutan Hangat dan Perubahan Rencana
Siswanto, penyelenggara Buddha Kantor Kementerian Agama Temanggung, menjelaskan bahwa rombongan biksu Thudong awalnya dijadwalkan untuk singgah di Polsek Pringsurat. Di sana, umat Buddha dari Temanggung, Magelang, dan Semarang telah menyiapkan jamuan untuk menyambut mereka. "Di Polsek Pringsurat umat Buddha dari Temanggung, Magelang, dan Semarang sebenarnya sudah menyiapkan jamuan untuk rombongan biksu Thudong ini, namun tidak jadi singgah dan langsung menuju ke Kota Magelang," kata Siswanto.
Namun, karena kelelahan yang dialami para biksu setelah menempuh perjalanan jauh di tengah cuaca panas, rencana tersebut terpaksa diubah. Polres Temanggung dan pihak terkait membantu dengan menyediakan truk dan mobil untuk mengangkut rombongan menuju Kota Magelang. Keputusan ini diambil demi keselamatan dan kenyamanan para biksu.
Meskipun perubahan rencana ini terjadi, sambutan hangat dari masyarakat Temanggung tetap terasa. Masyarakat tetap memberikan penghormatan dan dukungan kepada para biksu, menunjukkan toleransi dan rasa saling menghormati antarumat beragama.
Misi Perdamaian dan Toleransi
Perjalanan Thudong para biksu ini tidak hanya sekedar perjalanan fisik, tetapi juga membawa pesan perdamaian dan toleransi. Para biksu ini diharapkan dapat menyebarkan pesan-pesan tersebut kepada masyarakat yang mereka temui sepanjang perjalanan. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai luhur agama Buddha yang menekankan pada kedamaian dan kebersamaan.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur, rombongan biksu Thudong akan singgah terlebih dahulu di Kelenteng Liong Hok Bio di Kota Magelang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya toleransi dan saling menghormati antarumat beragama dalam konteks perjalanan spiritual ini. Semoga perjalanan mereka menuju Candi Borobudur tetap berjalan lancar dan aman.
Para umat Buddha di Temanggung, Magelang, dan Semarang, meskipun kecewa karena tidak dapat menjamu para biksu di Polsek Pringsurat, tetap menunjukkan rasa hormat dan dukungan mereka. "Biksu itu adalah guru, jadi tentu kami punya kewajiban untuk melayani, kemudian mengawal proses perjalanan dari para guru kami yang melintas di tempat kami, kami pertimbangannya adalah rasa hormat dan rasa melayani saja, selebihnya tidak ada," ungkap Siswanto.
Perjalanan Thudong ini menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dapat mempersatukan berbagai kalangan masyarakat. Semoga perjalanan para biksu ini membawa dampak positif bagi terciptanya perdamaian dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Perjalanan biksu Thudong ini menjadi momen yang berharga bagi masyarakat Temanggung dan sekitarnya. Kehadiran mereka telah memperkuat semangat toleransi dan kebersamaan antarumat beragama di Indonesia.