Ratusan Disabilitas dan Lansia Meriahkan Perayaan Kemerdekaan RI ke-80 di Gorontalo: Wujudkan Inklusi Sejati
Ratusan individu disabilitas dan lansia di Gorontalo merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-80 dengan penuh semangat, menunjukkan semangat inklusi dalam Perayaan Kemerdekaan Disabilitas dan Lansia yang inspiratif.

Ratusan individu dengan disabilitas dan warga lanjut usia (lansia) di Kota Gorontalo, Sulawesi Utara, turut serta dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Acara ini diselenggarakan pada Minggu, 17 Agustus, dengan semangat kebersamaan dan inklusi yang kuat. Partisipasi mereka menandai tonggak penting dalam upaya mewujudkan masyarakat yang lebih setara bagi semua lapisan.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan mereka sebagai peserta, tetapi juga sebagai petugas upacara bendera, menunjukkan peran aktif dan kontribusi nyata. Selain itu, berbagai permainan tradisional khas 17 Agustus seperti balap karung dan balap kelereng turut memeriahkan suasana. Inisiatif ini digagas oleh Yayasan Putra Mandiri Gorontalo, organisasi yang berdedikasi mendukung komunitas disabilitas dan lansia.
Raden Sahi, Ketua Yayasan Putra Mandiri Gorontalo, menjelaskan bahwa keterlibatan ini bertujuan agar para disabilitas dan lansia merasakan kesetaraan. Mereka sering menghadapi keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari karena usia dan kondisi fisik. Melalui Perayaan Kemerdekaan Disabilitas dan Lansia ini, diharapkan semangat nasionalisme dan rasa memiliki bangsa semakin tumbuh.
Semangat Inklusi dalam Perayaan Kemerdekaan
Perayaan HUT RI ke-80 di Gorontalo menjadi platform nyata bagi disabilitas dan lansia untuk menunjukkan eksistensi mereka. Lebih dari sekadar seremoni, acara ini adalah wujud nyata dari komitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. Partisipasi aktif mereka dalam upacara dan permainan tradisional menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap warga negara, tanpa terkecuali.
Dari total 1.043 individu disabilitas dan 625 lansia yang didukung yayasan, sekitar 60 persen hadir memeriahkan acara. Angka ini menunjukkan antusiasme tinggi dari komunitas tersebut untuk terlibat dalam momen bersejarah ini. Kehadiran mereka membuktikan bahwa semangat kebangsaan tidak mengenal batasan usia maupun kondisi fisik.
Raden Sahi menambahkan, keterlibatan disabilitas sebagai petugas upacara dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang mendalam. Mereka yang kerap terpinggirkan kini berada di garis depan perayaan. Ini adalah langkah maju dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya inklusi sosial.
Suara Harapan untuk Aksesibilitas dan Kesetaraan
Salah satu peserta, Oman Ali, mengungkapkan kebahagiaannya setelah berkesempatan menjadi pembaca Teks Pembukaan UUD 1945. Ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti upacara 17 Agustus dan bermain bersama rekan-rekannya. "Saya sangat senang karena di rumah biasanya hanya duduk diam," ujar Ali, mencerminkan kerinduan akan interaksi sosial dan partisipasi.
Seiring Indonesia memperingati delapan dekade kemerdekaan, para peserta menyuarakan harapan mereka untuk kemerdekaan sejati. Mereka mendambakan peningkatan aksesibilitas di ruang publik, kelancaran akses transportasi, serta kesempatan kerja yang setara. Pendidikan inklusif juga menjadi salah satu tuntutan utama untuk masa depan yang lebih baik.
Tema HUT ke-80 Kemerdekaan RI, "Bersatu dan Berdaulat, Rakyat Sejahtera, dan Indonesia Maju," sangat relevan dengan aspirasi ini. Tema tersebut mencerminkan semangat nasionalisme yang harus terus dijaga sebagai fondasi kemajuan bangsa. Perayaan ini menjadi momentum untuk merefleksikan kembali makna kemerdekaan bagi semua lapisan masyarakat.
Berbagai kegiatan lain telah direncanakan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan, termasuk Pawai Bendera Merah Putih dan Teks Proklamasi, Karnaval Rakyat, serta Karnaval Kemerdekaan. Ini menunjukkan bahwa semangat perayaan kemerdekaan terus digaungkan di berbagai lini, melibatkan seluruh elemen bangsa.