RI Bisa Manfaatkan Kebijakan Tarif Resiprokal AS Lewat Kerja Sama Negara Selatan
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam menyarankan Indonesia memanfaatkan kebijakan tarif resiprokal AS dengan memperkuat kerja sama negara selatan, khususnya dalam pertukaran bahan bakar etanol dan biosolar untuk menguatkan industri otomotif dan ketahana

Jakarta, 19 Maret 2024 (ANTARA) - Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat industri otomotif domestik. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, di Jakarta. Ia menekankan pentingnya kerja sama dengan negara-negara selatan (global south) untuk menghadapi tantangan ini dan menemukan peluang baru di pasar otomotif global.
Azam menjelaskan bahwa pasar otomotif di negara selatan berbeda dengan negara utara. Negara-negara selatan belum tentu menggunakan bahan bakar hingga standar Euro 6. Oleh karena itu, kerja sama antar negara selatan dinilai krusial untuk menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS. Ia mencontohkan potensi kerja sama yang menguntungkan bagi Indonesia.
Penguatan kerja sama antar negara selatan, menurut Azam, sangat penting. Hal ini tidak hanya berdampak pada industri otomotif, tetapi juga berdampak pada ketahanan energi nasional. Dengan menjalin kerja sama, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Kerja Sama Negara Selatan: Strategi Hadapi Tarif Resiprokal AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 13 Februari menandatangani memorandum yang mengarahkan pemerintahnya untuk menerapkan tarif resiprokal terhadap mitra dagang asing. "Saya telah memutuskan demi keadilan, bahwa saya akan mengenakan tarif resiprokal, yang berarti berapa pun tarif yang dikenakan negara-negara lain kepada AS, kami akan mengenakan tarif yang setara, tidak lebih dan tidak kurang," kata Trump di Gedung Putih.
Memorandum tersebut bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS dan mengatasi praktik perdagangan yang dianggap tidak adil. Pemerintah AS akan menerapkan pendekatan komprehensif untuk meninjau hubungan perdagangan non-resiprokal dengan semua mitra dagang.
Dalam konteks ini, kerja sama dengan negara-negara selatan menjadi strategi penting bagi Indonesia. Dengan bertukar bahan bakar seperti etanol dan biosolar, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar dan memperkuat ketahanan energi nasional. Hal ini juga akan mendukung perkembangan industri otomotif dalam negeri.
Potensi Kerja Sama Indonesia dengan Negara Selatan
Bob Azam mencontohkan India dan Brasil sebagai negara-negara selatan yang berpotensi untuk bekerja sama dengan Indonesia. "Kalau kita bisa exchange sama mereka kan bagus. Kita bisa dapat etanol dari negara itu dan mereka bisa dapat biosolar dari kita. Kerja sama itu yang menurut saya harus dikembangkan ke depan," katanya.
Pertukaran bahan bakar etanol dan biosolar ini dapat menciptakan sinergi yang menguntungkan kedua belah pihak. Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki untuk memproduksi biosolar, sementara negara lain dapat menyediakan etanol. Kerja sama ini akan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perdagangan internasional dan mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif resiprokal AS.
Selain itu, kerja sama ini juga dapat mendorong inovasi dan pengembangan teknologi di sektor energi terbarukan. Dengan bertukar pengetahuan dan teknologi, Indonesia dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi bahan bakar alternatif.
Kesimpulan
Kebijakan tarif resiprokal AS memberikan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Dengan memperkuat kerja sama dengan negara-negara selatan, khususnya dalam sektor energi terbarukan, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat industri otomotif dan ketahanan energi nasional. Strategi ini akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju.