Rupiah Bergerak Sideways, Inflasi AS Jadi Faktor Utama
Kurs rupiah diperkirakan bergerak sideways di tengah rilis data inflasi AS yang melampaui ekspektasi, mendorong peningkatan permintaan dolar AS dan ketidakpastian prospek suku bunga Fed.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan bergerak sideways dalam beberapa hari mendatang. Hal ini disampaikan oleh Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, di Jakarta pada Kamis, 13 Februari 2025. Pergerakan sideways ini terjadi di tengah antisipasi pasar terhadap rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang baru saja diumumkan.
Inflasi AS Mempengaruhi Pergerakan Rupiah
Data inflasi AS bulan Januari 2025 menunjukkan kenaikan inflasi headline bulanan sebesar 0,5 persen month over month (MoM), melampaui estimasi 0,3 persen MoM. Secara tahunan, inflasi headline AS naik tipis menjadi 3,0 persen year on year (yoy) dari 2,9 persen yoy. Kenaikan ini terutama didorong oleh inflasi inti AS yang melonjak menjadi 3,3 persen yoy dari 3,2 persen yoy.
Josua menjelaskan bahwa tekanan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek inflasi di tahun 2025. Hal ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed) secara agresif. Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat, mendorong Indeks Dolar AS naik hingga 108,3 pada Selasa (11/2).
"Tekanan inflasi yang lebih tinggi mendorong ketidakpastian mengenai prospek inflasi AS pada tahun 2025, sehingga menurunkan kemungkinan penurunan suku bunga Fed yang lebih agresif. Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat, mendorong Indeks Dolar AS naik hingga 108,3 pada Selasa (11/2)," jelas Josua.
Dampak terhadap Rupiah
Peningkatan permintaan dolar AS berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Pada pembukaan perdagangan Kamis, rupiah melemah 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.383 per dolar AS, dibandingkan dengan Rp16.376 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Pergerakan ini menunjukkan dampak langsung dari data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Meskipun pergerakan sideways diprediksi, investor tetap mencermati perkembangan data ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed. Ketidakpastian ini membuat pergerakan rupiah cenderung terbatas dalam rentang sempit. Kondisi ini juga mencerminkan sikap wait and see para pelaku pasar yang menunggu perkembangan lebih lanjut.
Prospek ke Depan
Ke depan, pergerakan nilai tukar rupiah akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter negara-negara utama, dan sentimen pasar. Data inflasi AS akan terus menjadi sorotan utama, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kebijakan moneter The Fed dan nilai tukar mata uang global, termasuk rupiah.
Para analis dan ekonom terus memantau situasi dengan saksama. Perkembangan selanjutnya dari data ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed akan menentukan arah pergerakan rupiah dalam waktu dekat. Oleh karena itu, penting bagi pelaku pasar untuk tetap waspada dan mengantisipasi berbagai kemungkinan skenario.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pergerakan sideways rupiah mencerminkan kondisi pasar yang masih menunggu kepastian terkait prospek inflasi AS dan kebijakan moneter The Fed. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi telah meningkatkan permintaan dolar AS dan berdampak pada pelemahan rupiah. Namun, pergerakan ini masih dalam rentang yang relatif sempit, menunjukkan sikap wait and see dari para investor.