Samarinda Cultural Fest 2025: Disdikbud Kaltim Terus Gerakkan Ekosistem Pengembangan Budaya di Tengah IKN
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur gencar menggerakkan ekosistem pengembangan budaya berkelanjutan, terutama dengan hadirnya IKN. Simak bagaimana Samarinda Cultural Fest 2025 menjadi pilar penting pelestarian budaya lokal.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus aktif menggerakkan tumbuhnya ekosistem pengembangan budaya yang berkelanjutan. Upaya ini menjadi krusial di tengah pesatnya pembangunan serta tantangan globalisasi yang mengancam pelestarian nilai-nilai lokal.
Pelaksana Tugas Kepala Disdikbud Kaltim, Armin, menegaskan bahwa pelestarian budaya daerah merupakan fondasi penting untuk menjaga jati diri bangsa. Momentum ini semakin relevan bagi Kaltim yang kini berstatus sebagai tuan rumah Ibu Kota Nusantara (IKN), di mana budaya lokal menjadi salah satu pilar utama penyangga peradaban baru Indonesia.
Pemerintah Kota Samarinda mewujudkan komitmen ini melalui ajang Samarinda Cultural Fest 2025. Festival yang dipusatkan di Rumah Adat Budaya Daerah, Jalan Kadrie Oening, ini telah dibuka pada Kamis, 24 Juli, dan akan berlangsung hingga 27 Juli mendatang.
Pentingnya Pelestarian Budaya di Era IKN
Di tengah dinamika pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur menghadapi tantangan sekaligus peluang besar dalam menjaga identitas budayanya. Pelestarian budaya bukan hanya sekadar upaya melestarikan warisan masa lalu, melainkan juga fondasi kuat untuk membentuk karakter bangsa di masa depan.
Armin menekankan bahwa budaya daerah adalah cerminan jati diri yang harus dipertahankan. Status Kaltim sebagai pusat peradaban baru Indonesia menjadikan pelestarian budaya lokal semakin mendesak, memastikan bahwa kemajuan tidak mengikis akar-akar tradisi.
Samarinda Cultural Fest 2025 menjadi salah satu manifestasi nyata dari komitmen tersebut. Festival ini dirancang untuk menjadi lebih dari sekadar perayaan tahunan, melainkan sebuah gerakan kebudayaan yang hidup dan berkelanjutan.
Festival sebagai Gerakan Kebudayaan Berkelanjutan
Gelar Adat Tradisi dalam Samarinda Cultural Fest 2025 tidak hanya berfungsi sebagai ajang selebrasi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan mendalam kepada para leluhur. Selain itu, festival ini berupaya menanamkan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda.
Armin mengungkapkan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah memastikan nilai-nilai budaya tidak hanya tersimpan di museum, tetapi tetap hidup dan relevan bagi generasi penerus. Oleh karena itu, keterlibatan aktif anak-anak muda menjadi kunci utama keberhasilan regenerasi budaya di Benua Etam.
Disdikbud Kaltim secara konsisten mendorong agar festival semacam ini menjadi pemantik terbentuknya sebuah ekosistem kebudayaan yang mapan dan terus berkembang. Ekosistem ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan budaya.
Membangun Ekosistem Budaya dan Ekonomi Kreatif
Ekosistem kebudayaan yang dimaksud oleh Disdikbud Kaltim mencakup berbagai aspek penting. Ini dimulai dari pendidikan muatan lokal di sekolah, yang berfungsi menanamkan pemahaman budaya sejak dini kepada siswa.
Selain itu, ekosistem ini juga menyediakan ruang kreatif bagi seniman untuk berkarya dan berinovasi, memastikan bahwa seni dan budaya terus berkembang. Aspek penting lainnya adalah pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, yang memungkinkan budaya tidak hanya lestari sebagai warisan, tetapi juga mampu memberikan kesejahteraan bagi para pelakunya.
Dengan demikian, upaya pengembangan budaya menjadi sebuah siklus yang saling mendukung. Budaya yang hidup akan melahirkan kreativitas, dan kreativitas akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Ragam Kegiatan di Samarinda Cultural Fest 2025
Samarinda Cultural Fest 2025, yang berlangsung hingga 27 Juli, terbuka untuk umum dan menyuguhkan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk semua kalangan. Pengunjung dapat menikmati berbagai pameran yang menampilkan kerajinan tangan khas daerah.
- Pameran Kerajinan Tangan: Menampilkan tenun Dayak Benuaq dan Sarung Samarinda.
- Lokakarya: Kesempatan bagi pengunjung untuk belajar langsung tentang seni dan kerajinan lokal.
- Eksibisi Seni Rupa: Menampilkan karya-karya seniman lokal.
- Lomba Kreativitas: Berbagai kompetisi yang memacu kreativitas peserta.
Panggung utama setiap harinya diisi oleh pertunjukan teater tradisional dan pagelaran budaya dari berbagai etnis di Nusantara. Akulturasi budaya yang telah lama terjadi di Kaltim direfleksikan melalui pertunjukan ini, menunjukkan Samarinda sebagai kota yang majemuk namun tetap berakar pada budayanya.