Sambaran Petir di Bali Menurun Drastis di Februari 2025
BMKG Denpasar mencatat penurunan signifikan sambaran petir di Bali pada Februari 2025, menjadi yang terendah ketujuh sejak 2009, disebabkan berkurangnya awan cumulonimbus.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Denpasar melaporkan penurunan signifikan jumlah sambaran petir di Bali pada bulan Februari 2025. Penurunan ini terbilang drastis, dari 478.845 sambaran pada Januari 2025 menjadi 386.925 sambaran pada Februari 2025. Penurunan ini terjadi di seluruh wilayah Bali, dengan dampak yang bervariasi di setiap kabupaten dan kota.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Denpasar, Rully Oktavia Hermawan, menjelaskan bahwa penurunan ini diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya awan cumulonimbus (CB) dan perbedaan potensial yang lebih kecil antara awan dan bumi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pelepasan muatan negatif atau elektron, yang merupakan penyebab utama terjadinya petir. "Didominasi sambaran petir dari awan ke tanah," ujar Rully Oktavia Hermawan di Denpasar, Bali, Selasa.
Penurunan jumlah sambaran petir ini menjadi perhatian mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan, terutama sambaran petir dari awan ke tanah (cloud to ground/CG) yang dapat menyebabkan kerusakan bangunan, kebakaran, bahkan kematian. BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan meskipun terjadi penurunan jumlah sambaran petir.
Analisis Sambaran Petir Februari 2025
Berdasarkan data BMKG, dari total 386.925 sambaran petir di Februari 2025, sebanyak 284.193 kali merupakan sambaran petir dari awan ke tanah (CG), dan 194.652 kali merupakan sambaran petir di dalam awan (intracloud/IC). Lebih rinci lagi, sambaran petir CG positif (CG+), dengan ciri sambaran tunggal, mencapai 112.057 kali, sementara sambaran petir CG negatif (CG-), dengan ciri sambaran bercabang banyak, mencapai 172.136 kali.
Sambaran petir di bulan Februari 2025 terkonsentrasi pada dini hari sekitar pukul 04.00 WITA dan sore hari sekitar pukul 15.00 WITA. "Banyaknya sambaran petir pada jam tersebut mengindikasikan cukup tinggi potensi pembentukan awan konvektif terjadi di waktu bersamaan," tambah Rully. Hal ini menunjukkan pola pembentukan awan konvektif yang masih perlu dipantau.
Distribusi kerapatan sambaran petir juga tidak merata. Wilayah Kabupaten Tabanan, Badung bagian utara, dan Jembrana mengalami kerapatan petir kategori tinggi, di atas 16 petir per kilometer persegi. Beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, Bangli, dan Buleleng mengalami kerapatan kategori sedang (8-16 petir per kilometer persegi), sedangkan wilayah lainnya seperti Karangasem, Klungkung, Tabanan bagian selatan, dan Kota Denpasar tergolong kategori rendah (kurang dari 8 petir per kilometer persegi).
Data Historis Sambaran Petir di Bali
BMKG mencatat bahwa jumlah sambaran petir di Bali pada Februari 2025 merupakan jumlah terendah ketujuh sejak tahun 2009. Data menunjukkan bahwa jumlah sambaran petir tertinggi terjadi pada Februari 2024, mencapai 748.624 kali. Perbandingan data ini menunjukkan fluktuasi jumlah sambaran petir dari tahun ke tahun, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor meteorologi.
Meskipun terjadi penurunan signifikan, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya sambaran petir. Masyarakat diimbau untuk menghindari berada di luar ruangan saat terjadi hujan disertai petir, dan mencari tempat aman yang terhindar dari sambaran petir langsung.
Data yang dirilis oleh BMKG ini memberikan gambaran penting mengenai tren sambaran petir di Bali dan dapat digunakan sebagai acuan untuk mitigasi bencana dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.