Semangat Kartini: Perjuangan Hak Perempuan di Era Modern
Komnas Perempuan berharap semangat RA Kartini dapat menginspirasi perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia, mengingat tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dalam tiga tahun terakhir.

Jakarta, 25 April 2024 (ANTARA) - Peringatan Hari Kartini tahun ini kembali mengingatkan kita akan perjuangan panjang Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan emansipasi perempuan. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) berharap semangat dan perjuangannya dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Angka kekerasan terhadap perempuan yang masih tinggi menjadi tantangan nyata yang perlu diatasi bersama.
Anggota Komnas Perempuan, Daden Sukendar, dalam diskusi publik dan bedah buku bertajuk "Menyalakan Literasi, Menghapus Kekerasan, dan Meneguhkan Kesetaraan Perempuan", menekankan pentingnya meneladani perjuangan Kartini. "Apa yang dilakukan oleh Kartini di masa lalu tentunya itu bisa kita jadikan sebagai tonggak untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di masa kini," ujar Daden.
Perjuangan Kartini dalam melawan diskriminasi dan ketidaksetaraan gender di masa lalu menjadi bukti nyata bahwa perubahan dapat dimulai dari individu. Meskipun menghadapi berbagai rintangan, Kartini berhasil meninggalkan warisan pemikiran yang menginspirasi banyak perempuan untuk berani menyuarakan pendapat dan memperjuangkan hak-haknya.
Jejak Kartini di Era Modern
Daden Sukendar juga menyinggung munculnya banyak Kartini modern di berbagai bidang. Mereka adalah perempuan-perempuan hebat yang berkontribusi bagi bangsa, meskipun masih menghadapi tantangan dan hambatan dalam perjalanan mereka. Keberhasilan mereka menjadi bukti nyata bahwa semangat Kartini masih tetap relevan di era modern.
Komnas Perempuan berharap semangat Kartini dapat mendorong terwujudnya Indonesia yang bebas dari kekerasan dan mencapai kesetaraan gender. "Tentunya kita juga harus bisa merefleksikan keberhasilan yang sudah ditorehkan oleh Kartini untuk konteks saat ini, bagaimana kita bisa mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan, Indonesia yang bisa mewujudkan kesetaraan," tegas Daden.
Tantangan ini semakin nyata dengan data dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan. Selama tiga tahun terakhir, tercatat 4.000 hingga 4.500 laporan pengaduan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan fisik menduduki peringkat teratas, diikuti oleh kekerasan seksual. Angka ini menjadi pengingat akan pentingnya terus memperjuangkan kesetaraan dan perlindungan bagi perempuan.
Bedah Buku dan Refleksi Perjuangan
Diskusi publik tersebut juga menghadirkan Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998, sebagai narasumber. Beliau membedah buku tentang Kartini yang ditulisnya, memberikan perspektif berharga tentang perjuangan Kartini dan relevansinya dengan kondisi saat ini. Buku tersebut diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan inspirasi bagi pembaca untuk turut serta memperjuangkan kesetaraan gender.
Peringatan Hari Kartini bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjuangan panjang perempuan Indonesia dalam meraih kesetaraan. Semangat Kartini harus terus menyala, mendorong kita untuk berani melawan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, serta membangun Indonesia yang lebih adil dan setara.
Keberhasilan Kartini menginspirasi lahirnya berbagai gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Namun, perjuangan belum selesai. Tantangan masih ada, dan dibutuhkan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan cita-cita Kartini: Indonesia yang bebas dari kekerasan dan mencapai kesetaraan gender.
Komnas Perempuan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif berperan dalam mencegah dan menangani kekerasan terhadap perempuan. Melaporkan kasus kekerasan, memberikan dukungan kepada korban, serta mengkampanyekan kesetaraan gender adalah beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan.