Semarak Mudik di Dermaga Reguler Merak: Kisah Haru dan Kemacetan yang Hilang
Suasana mudik di Dermaga Reguler Pelabuhan Merak diwarnai kendaraan pemudik penuh barang bawaan, aktivitas anak-anak, dan keramahan pedagang asongan, di tengah kelancaran arus lalu lintas yang signifikan.

Pukul 06.00 WIB Jumat (21/3), ratusan mobil pribadi memenuhi buffer zones Dermaga Reguler Pelabuhan Merak. Mobil-mobil itu, sebagian besar membawa barang bawaan di roof rack, seakan-akan memakai 'jambul' warna-warni, simbol hadiah perantau untuk keluarga di kampung halaman. Pemandangan ini menggambarkan semarak mudik Lebaran tahun ini, khususnya di Pelabuhan Merak.
Para pemudik terlihat tenang, sebagian menunggu di dalam mobil, sebagian lagi menikmati pemandangan laut dan berfoto bersama keluarga. Anak-anak berlarian riang, sementara para ayah memeriksa kondisi kendaraan dan barang bawaan mereka, memastikan perjalanan mudik berjalan lancar. Suasana ramai juga terasa dengan kehadiran pedagang asongan yang menawarkan berbagai dagangan.
Keunikan lain terlihat dari tiga mercusuar tua di dekat Dermaga Reguler 3. Satu mercusuar miring, sementara dua lainnya masih tegak, menjadi saksi bisu perjalanan para pemudik selama bertahun-tahun. Kapal-kapal penyeberangan silih berganti berlabuh, sirene kapal memecah kesunyian pagi, menambah semarak suasana.
Mudik Lancar, Kemacetan Berkurang Drastis
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kemacetan di Pelabuhan Merak tahun ini jauh berkurang. Keputusan Kementerian Perhubungan yang menjadikan dermaga eksekutif sebagai dermaga reguler terbukti efektif mengatasi kemacetan. Antrean mobil tidak lagi mengular hingga lebih dari satu kilometer seperti tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan jumlah pemudik dan kebijakan tersebut menciptakan suasana mudik yang lebih tertib dan nyaman. Para pemudik dapat lebih tenang mempersiapkan diri untuk perjalanan selanjutnya menuju kampung halaman.
Hal ini memberikan dampak positif bagi para pemudik, sehingga mereka dapat menikmati perjalanan mudik dengan lebih nyaman dan aman.
Kisah di Balik Semarak Mudik
Di tengah keramaian, terdapat kisah-kisah menarik para pemudik. Khoirul, misalnya, bersama keluarga melakukan perjalanan mudik pertamanya melalui jalur Merak. Ia biasanya menggunakan pesawat atau kapal dari Tanjung Perak Surabaya. Perjalanan dari Malang ke Banten berjalan lancar, hanya sedikit macet di Exit Tol Merak, namun hal itu tidak mengurangi kebahagiaan mereka untuk segera bertemu keluarga di Lampung.
Keluarga Khoirul, yang berfoto di pinggir dermaga, menjadi representasi keluarga Indonesia yang bahagia. Senyum mereka menggambarkan kebahagiaan yang akan semakin lengkap saat berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman.
Tidak hanya pemudik, ada juga Kiki, seorang pemuda 17 tahun yang mengangkut 12 sepeda motor bekas dari Banten menuju Lampung. Ia menggambarkan kesemarakan mudik yang terasa bahkan dalam pekerjaannya. Ia hampir tidak menyadari bahwa ia sedang bekerja, bukan mudik.
Suasana Pagi Hingga Siang di Pelabuhan Merak
Sekitar pukul 08.00 WIB, mobil-mobil pemudik mulai beranjak menuju kapal penyeberangan. Petugas gabungan dari kepolisian dan Dinas Perhubungan mengatur lalu lintas dengan tertib. Mobil-mobil lain terus berdatangan, mengisi buffer zones yang kosong.
Suasana pagi yang tenang perlahan berganti dengan terik matahari siang. Hari Lebaran semakin dekat, dan perjalanan mudik yang penuh cerita ini akan segera berakhir. Seperti kata pepatah, perjalanan menuju opera tidak kalah menarik dari opera itu sendiri.
Perjalanan mudik, dengan segala cerita suka dan duka, akan menjadi kenangan indah dan cerita menarik untuk dibagikan kepada keluarga di kampung halaman.