Sephia Jangkup: Dokter Wanita Pertama Suku Amungme
Sephia Chrisila Jangkup mencetak sejarah sebagai dokter wanita pertama dari suku Amungme di Papua, menginspirasi generasi muda Papua untuk meraih pendidikan tinggi dan berkontribusi bagi masyarakat.
Sephia Chrisila Jangkup menorehkan sejarah sebagai wanita pertama dari suku Amungme, Papua, yang resmi menyandang gelar dokter. Pada 10 Januari 2025, ia dilantik di Jakarta bersama 44 dokter muda lainnya dalam upacara sumpah dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Prestasi Sephia patut diapresiasi. Ia berasal dari Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua. Perjalanan pendidikannya cukup panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran di UKI selama 3,5 tahun, ia menjalani program kepaniteraan klinik selama dua tahun dan melewati ujian kompetensi profesi. Ia berhasil meraih gelar dokter dengan IPK 3,57.
Mimpi menjadi dokter telah ia miliki sejak kecil. Sephia, yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 15 September 2000, sering bermain dengan mainan alat-alat kedokteran seperti stetoskop dan suntikan yang diberikan orangtuanya. Semangatnya semakin berkobar saat menempuh pendidikan di SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara, di mana ia selalu menjadi siswa terbaik.
Keberhasilan Sephia tidak lepas dari dukungan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) serta PT Freeport Indonesia (PTFI). Sephia mendapatkan beasiswa dari kedua lembaga ini sejak SMP. Biaya pendidikan kedokteran di UKI terbilang mahal, mencapai Rp200-300 juta, belum termasuk biaya kepaniteraan klinik hingga Rp400 juta. Beasiswa ini sangat membantu meringankan beban finansialnya.
Sephia berharap kisahnya dapat menginspirasi generasi muda Papua, khususnya dari suku Amungme dan Kamoro, untuk berjuang meraih cita-cita. Ia menekankan pentingnya ketekunan, kerja keras, dan keimanan. Setelah meraih gelar dokter, Sephia berencana mengikuti program internship selama setahun di Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR).
Ia ingin mengabdi kepada masyarakat Amungme dan Kamoro di Mimika, yang kekurangan dokter. Sephia berencana bergabung dengan Rumah Sakit Mitra Masyarakat atau Rumah Sakit Waa Banti di Timika, rumah sakit yang didirikan berkat kerja sama YPMAK dan PTFI. Direktur PTFI, Claus Wamafma, menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian Sephia, menyebutnya sebagai tonggak sejarah bagi suku Amungme dan solusi atas kekurangan dokter di Papua.
PTFI berkomitmen melanjutkan kerja sama dengan YPMAK untuk meningkatkan layanan kesehatan di Mimika, termasuk memastikan fasilitas kesehatan di daerah terpencil memiliki tenaga medis yang cukup. Keberhasilan Sephia juga diikuti oleh Beanal, dokter pertama dari suku Amungme yang kini melanjutkan studi S2. PTFI berharap akan muncul lebih banyak lagi dokter muda dari Papua di masa mendatang.