SERUNI dan Dekranas Berkolaborasi: Memberdayakan Perempuan Warga Binaan Pemasyarakatan
SERUNI dan Dekranas berkolaborasi dalam program pelatihan keterampilan untuk memberdayakan perempuan warga binaan pemasyarakatan (WBP) agar memiliki bekal hidup setelah bebas.

Jakarta, 7 Mei 2024 - Solidaritas Perempuan untuk Indonesia (SERUNI) dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pemberdayaan perempuan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Kolaborasi ini difokuskan pada penyediaan pelatihan keterampilan untuk bekal kehidupan para WBP setelah menjalani masa hukuman.
Program pelatihan keterampilan ini telah dilaksanakan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Tangerang, Banten. Pemilihan lokasi ini menunjukkan komitmen untuk memberikan akses pelatihan yang setara bagi seluruh perempuan, tak terkecuali mereka yang berada di lembaga pemasyarakatan. Inisiatif ini mendapatkan apresiasi tinggi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah.
Ketua Umum Dekranas sekaligus Pembina Seruni, Selvi Ananda Gibran Rakabuming, secara langsung menyatakan dukungan dan apresiasinya terhadap program ini. "Salah satu hal luar biasa dan (saya) apresiasi sekali kerja sama antara Dekranas dan Seruni ini, menghasilkan sesuatu yang positif dan langsung bisa dirasakan manfaatnya," ujarnya dalam pernyataan tertulis di Jakarta.
Memberdayakan Perempuan WBP melalui Pelatihan Keterampilan
Program pelatihan yang diselenggarakan SERUNI dan Dekranas ini menawarkan beragam keterampilan usaha yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Para peserta dapat memilih pelatihan sesuai minat dan bakat, mulai dari tata boga, tata busana, tata rias, hingga kerajinan tangan seperti membatik dan melukis. Tidak hanya itu, pelatihan juga mencakup seni pertunjukan seperti menari dan bermusik.
Wakil Ketua Bidang 3 SERUNI, Fatma Saifullah Yusuf, turut memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Kehadirannya sebagai pendiri Fatma Foundation, yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial, semakin mengukuhkan komitmen untuk memberdayakan perempuan di semua lapisan masyarakat, termasuk WBP. Fatma menekankan pentingnya kegiatan ini untuk mengisi waktu luang para WBP dan memberikan bekal keterampilan untuk masa depan.
"Kegiatan semacam ini sangat positif, khususnya bagi warga binaan untuk mengisi waktu luang. Dengan menambah ilmu pengetahuan, mereka bisa ikut pelatihan sesuai minat bakatnya, ada tata boga, tata busana, tata rias, membuat berbagai macam kerajinan, membatik, melukis, menari, bermusik dan sebagainya. Semoga ini bisa menjadi bekal untuk kelangsungan hidup ketika sudah bebas dari hukuman," jelas Fatma.
Sebanyak 217 warga binaan dari berbagai Lapas, termasuk Lapas Tangerang, Cipinang, Depok, dan Cibinong, berpartisipasi dalam program ini. Dari jumlah tersebut, 40 orang mengikuti pelatihan keterampilan secara intensif. Antusiasme para peserta menunjukkan betapa pentingnya program ini bagi mereka.
Sinergi Program dengan Kebijakan Pemerintah
Program pelatihan SERUNI dan Dekranas ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Sosial melalui Program ATENSI. Program ATENSI menargetkan warga binaan sebagai salah satu dari 12 Pemerlu Atensi Sosial (PAS). Fokus program ini meliputi pelatihan keterampilan, reintegrasi sosial, dan penguatan kemandirian para WBP.
Dengan demikian, kolaborasi ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi para WBP, tetapi juga mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya pembinaan dan reintegrasi sosial. Hal ini menunjukkan sinergi yang positif antara lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan program yang berdampak luas.
Mewujudkan Pemberdayaan Perempuan yang Inklusif
Melalui program pelatihan ini, SERUNI dan Dekranas menegaskan komitmen bersama untuk menciptakan ruang pemberdayaan perempuan yang inklusif. Program ini menjadi bukti nyata bahwa kesempatan untuk berkembang dan berdaya tidak mengenal batasan, termasuk bagi perempuan yang sedang menjalani masa pembinaan di lembaga pemasyarakatan. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi para WBP untuk meraih kemandirian dan produktivitas setelah kembali ke tengah masyarakat.
Dengan memberikan keterampilan dan bekal pengetahuan, program ini tidak hanya membantu para WBP dalam mencari nafkah setelah bebas, tetapi juga memberikan mereka rasa percaya diri dan harapan baru untuk masa depan. Inisiatif ini patut diapresiasi dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi program pemberdayaan perempuan lainnya.