Sinergi Energi Ungkap Tantangan dan Harapan Listrik Pedalaman Mentawai: Dari PLTS hingga PLTD
Perjalanan panjang elektrifikasi di pedalaman Mentawai menghadapi beragam tantangan, dari akses sulit hingga kerusakan pembangkit. Bagaimana sinergi energi mewujudkan harapan listrik pedalaman Mentawai?

Warga di Desa Matotonan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan akses listrik yang stabil. Meskipun senja telah tiba, seringkali pasokan listrik dari PLN belum menyala, memaksa warga seperti Aman Lippat mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pribadi. Situasi ini mencerminkan kompleksitas upaya elektrifikasi di wilayah pedalaman yang terpencil.
Sejak tahun 2005, masyarakat Matotonan mulai berupaya mencari solusi energi alternatif untuk penerangan, beralih dari lampu minyak tanah. Berbagai inisiatif telah dilakukan, termasuk penggunaan panel surya mandiri dan hibah PLTS dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun, tantangan aksesibilitas dan pemeliharaan menjadi hambatan utama.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai bersama PLN terus berupaya mewujudkan rasio elektrifikasi 100 persen di wilayah tersebut. Sinergi antara berbagai pihak dan pemanfaatan beragam sumber energi, seperti PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), menjadi kunci untuk memenuhi kebutuhan listrik pedalaman Mentawai.
Perjalanan Panjang Elektrifikasi Matotonan
Desa Matotonan telah menempuh perjalanan panjang dalam memenuhi kebutuhan listriknya. Sebelum tahun 2005, penerangan hanya mengandalkan lampu minyak tanah. Kesulitan akses menuju desa, yang hanya bisa ditempuh melalui sungai Sarereiket dan perjalanan darat terbatas, membuat pengiriman bahan bakar untuk genset menjadi tidak praktis.
Pada tahun 2006, masyarakat mulai berinisiatif menggunakan panel tenaga surya dan aki sebagai alternatif. Kemudian, tahun 2012, Kementerian ESDM memberikan hibah PLTS berkapasitas 75 kWp yang direvitalisasi pada 2022. PLTS ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan akses penerangan.
Meskipun demikian, operasional PLTS Matotonan menghadapi kendala. Iuran pemeliharaan yang disepakati masyarakat tidak lagi berjalan optimal, menyebabkan petugas seperti Rena Saegeoni harus menyalakan listrik secara manual. Pada tahun 2019, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) sempat diresmikan namun hanya beroperasi enam bulan sebelum rusak, digantikan oleh mesin diesel PLN.
Kepala Desa Matotonan, Ali Umran, menjelaskan bahwa desa memanfaatkan dua sumber daya listrik: PLTS yang menyala pagi hingga sore, dan mesin diesel PLN dari sore hingga tengah malam. Keterbatasan jam operasional dan kendala teknis pada mesin diesel yang sudah berumur seringkali menyebabkan keterlambatan penyalaan listrik.
Tantangan Akses dan Komitmen Elektrifikasi 100 Persen
Aksesibilitas menjadi faktor krusial dalam pembangunan jaringan listrik di Mentawai. Bupati Mentawai, Rinto Wardhana, mengakui bahwa jalan yang belum tersambung ke dusun-dusun pedalaman, sekitar 9 kilometer menuju Matotonan, menghambat pembangunan jaringan listrik dari Muara Siberut. Kondisi ini menyebabkan Desa Matotonan belum bisa terintegrasi penuh seperti Desa Madobag yang kini menikmati listrik 24 jam.
General Manager PLN UID Sumatera Barat, Ajrun Karim, menyoroti medan dan akses sulit sebagai kendala utama melistriki daerah pedalaman. Meskipun rasio elektrifikasi desa secara keseluruhan sudah 100 persen, rasio elektrifikasi PLN di Mentawai masih 80,94 persen. PLN menargetkan desa-desa yang belum teraliri listrik akan menjadi fokus utama hingga tahun 2025.
Untuk mencapai elektrifikasi 100 persen, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai membutuhkan sinergi kuat antara PLN, dinas terkait, dan masyarakat. Potensi PLTS di Mentawai sangat baik mengingat posisi di khatulistiwa, dan ada rencana kolaborasi dengan Kementerian ESDM untuk membangun PLTS terapung di perairan tanpa ombak.
Pemadaman listrik di Mentawai sering terjadi, baik terencana untuk pemeliharaan maupun tidak terencana akibat faktor alam seperti pohon tumbang. Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik, termasuk penambahan pembangkit dan perluasan jaringan, demi mewujudkan pasokan listrik yang stabil bagi seluruh masyarakat Mentawai.