Singkong: Solusi Ketahanan Pangan di Maluku?
Prof. August Pattiselano dari Unpatti Ambon menyoroti potensi singkong sebagai alternatif beras untuk ketahanan pangan Maluku, mengatasi kendala produktivitas sagu dan subsidi beras pemerintah.
![Singkong: Solusi Ketahanan Pangan di Maluku?](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191644.600-singkong-solusi-ketahanan-pangan-di-maluku-1.jpg)
Ambon, 11 November 2023 - Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon mengusulkan solusi cerdas untuk masalah ketahanan pangan di Maluku: singkong. Dekan Fakultas Pertanian Unpatti, Prof. August Pattiselano, menyatakan tanaman ini tumbuh subur dan dapat menjadi pengganti beras yang efektif.
Singkong: Alternatif Beras di Maluku
Prof. Pattiselano menjelaskan, "Singkong selalu tersedia dan ditanam masyarakat Maluku karena suburnya di wilayah ini. Ini menjadi pilihan lokal yang ideal." Permasalahan pangan di Maluku cukup kompleks. Rendahnya produktivitas sagu, yang seharusnya menjadi sumber pangan utama, diperparah oleh subsidi beras pemerintah. Akibatnya, masyarakat lebih memilih beras murah daripada mengolah sagu yang lebih rumit.
Singkong menawarkan solusi yang praktis dan mudah. Tanaman ini mudah ditanam di berbagai kondisi, menjadikannya alternatif berkelanjutan di tengah tantangan produksi sagu dan kebijakan subsidi beras.
Keunggulan Singkong untuk Ketahanan Pangan
Di Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya, dan Kepulauan Tanimbar, jagung, singkong, dan kacang-kacangan tumbuh subur. Singkong konsisten menjadi komoditas utama. Bahkan, di Maluku Tenggara, singkong diolah menjadi enbal, makanan khas daerah tersebut. Hal ini membuktikan potensi besar singkong dalam memenuhi kebutuhan pangan lokal.
Teknik penanaman singkong relatif sederhana. Persiapan lahan yang subur dan drainase yang baik sudah cukup. Setelah 6-12 bulan, singkong siap panen. Dengan perencanaan dan perawatan yang tepat, budidaya singkong menjanjikan keuntungan ekonomi bagi petani.
Kandungan Gizi Singkong
Dari segi gizi, kandungan karbohidrat singkong mendekati nasi. Meskipun data spesifik tidak tersedia dalam teks sumber, Prof. Pattiselano menyebutkan bahwa singkong mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Sebagai perbandingan, 100 gram nasi putih mengandung 129 kalori, 27,9 gram karbohidrat, 2,66 gram protein, dan 0,26 gram lemak.
Dengan demikian, singkong dapat menjadi sumber karbohidrat alternatif yang potensial untuk memenuhi kebutuhan kalori masyarakat Maluku.
Kesimpulan
Singkong menawarkan solusi yang menjanjikan untuk ketahanan pangan Maluku. Kemudahan budidaya, kandungan gizi yang memadai, dan penerimaan masyarakat menjadikannya alternatif yang layak untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Pengembangan budidaya singkong yang terencana dan berkelanjutan perlu mendapat dukungan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan daerah.