Unram dan Brida NTB Kembangkan Pakan Ternak Kaya Nutrisi dari Daun Kelor
Universitas Mataram dan Brida NTB berkolaborasi mengembangkan pakan ternak kaya nutrisi berbahan dasar jagung dan daun kelor sebagai alternatif pengganti impor bungkil kedelai.

Universitas Mataram (Unram) dan Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Brida NTB) baru-baru ini mengumumkan kolaborasi mereka dalam mengembangkan pakan ternak inovatif. Pakan ternak ini memanfaatkan jagung sebagai bahan dasar utama, dan yang membedakannya adalah penambahan daun kelor sebagai sumber protein tambahan. Kolaborasi ini diluncurkan di Mataram pada Rabu, 7 Mei 2025, bertujuan untuk meningkatkan kualitas pakan ternak di NTB dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Wakil Dekan III Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Unram, Rahmat Sabani, menjelaskan peran penting daun kelor dalam inovasi pakan ternak ini. "Daun kelor sebagai adiktif untuk menghasilkan sumber protein, menghasilkan pakan yang nanti dicampur dengan jagung," ujarnya. Inovasi ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi peternak di NTB yang selama ini bergantung pada bungkil kedelai impor.
Penelitian Unram telah membuktikan efektivitas penambahan tepung daun kelor pada pakan ternak. Hasil riset menunjukkan peningkatan konsumsi pakan dan bobot badan pada ayam broiler. Temuan ini semakin memperkuat potensi daun kelor sebagai alternatif sumber protein yang ekonomis dan mudah diakses di NTB.
Pemanfaatan Daun Kelor: Solusi Ramah Lingkungan dan Berdaya Guna
Daun kelor (Moringa oleifera), yang berasal dari kaki bukit Himalaya, memiliki kandungan nutrisi yang luar biasa. Menurut analisis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), 100 gram daun kelor mengandung 3.000 miligram kalsium, 21 kali lebih tinggi dari susu sapi. Kandungan proteinnya pun cukup tinggi, sekitar 24-34 persen, menyamai kandungan protein pada kacang-kacangan dan hampir mendekati kandungan protein kedelai (36 persen).
Kepala Brida NTB, I Gede Putu Aryadi, menekankan bahwa inovasi ini tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas pakan ternak, tetapi juga berpotensi memberdayakan masyarakat lokal dan mengurangi kemiskinan. Dengan budidaya kelor yang masif dan efisien, NTB dapat mengurangi ketergantungan pada impor bungkil kedelai dari Thailand.
Gede menambahkan, "Nusa Tenggara Barat punya jagung yang besar, tetapi sampai hari ini belum bisa memproduksi pakan. Oleh karena itu, alternatifnya kelor berdasarkan hasil riset dari Universitas Mataram." Kolaborasi ini akan fokus pada penyusunan desain riset pemanfaatan kelor hingga menjadi produk pakan ternak, serta menyiapkan hilirisasi jagung.
Potensi Jagung NTB dan Prospek Pakan Ternak Inovatif
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan bahwa NTB menghasilkan 1,21 juta ton jagung pipilan kering dari lahan seluas 173,76 ribu hektare. BPS memproyeksikan potensi panen jagung pada Januari-April 2025 mencapai 683,95 ribu ton dari lahan seluas 97,19 ribu hektare. Potensi produksi jagung yang melimpah ini menjadi dasar yang kuat bagi pengembangan pakan ternak berbasis jagung dan daun kelor.
Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah, inovasi pakan ternak ini menawarkan solusi berkelanjutan dan berdaya guna. Kolaborasi Unram dan Brida NTB diharapkan dapat mendorong pengembangan industri pakan ternak di NTB, meningkatkan kesejahteraan peternak, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Keberhasilan program ini akan berdampak positif pada perekonomian daerah, khususnya bagi para peternak dan petani kelor. Selain itu, inovasi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Langkah selanjutnya adalah pengembangan riset lebih lanjut untuk memastikan kualitas dan efisiensi produksi pakan ternak ini, serta sosialisasi kepada peternak agar dapat mengadopsi teknologi baru ini.