Sri Mulyani: Kinerja Manufaktur dan Neraca Dagang RI Tetap Positif
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kinerja indeks manufaktur dan neraca perdagangan Indonesia masih positif, didukung oleh PMI yang ekspansif dan surplus neraca dagang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini memberikan pernyataan positif mengenai kinerja ekonomi Indonesia, khususnya dalam sektor manufaktur dan perdagangan. Pernyataan tersebut menanggapi laporan lembaga pemeringkat internasional Moody's yang menilai perekonomian Indonesia tetap tangguh. Sri Mulyani menekankan bahwa indikator ekonomi utama Indonesia menunjukkan kinerja yang baik, menunjukkan resiliensi ekonomi nasional.
Dalam keterangannya usai Sidang Kabinet Paripurna dan buka puasa bersama di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/3) malam, Sri Mulyani mengatakan, "(Ekonomi) Indonesia bagus, nanti indikatornya kita sampaikan. PMI kita bagus, neraca perdagangan kita bagus, jadi kita bisa sampaikan nanti ya," Pernyataan optimis ini memberikan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia di tengah dinamika global.
Meskipun demikian, Sri Mulyani enggan berkomentar mengenai rencana pemerintah menaikkan royalti pendapatan negara dari sektor mineral dan batu bara. Beliau menyatakan bahwa hal tersebut masih dalam pembahasan pemerintah melalui revisi Peraturan Pemerintah terkait, dan akan memberikan keterangan lebih lanjut setelah peraturan tersebut resmi dikeluarkan. "Nanti kalau sudah keluar PP-nya saja," ujarnya.
Indeks PMI Manufaktur Menunjukkan Tren Positif
Data terbaru menunjukkan bahwa Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Februari 2025 mencapai angka 53,6. Angka ini meningkat 1,7 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan merupakan angka tertinggi dalam 11 bulan terakhir. PMI di atas 50 mengindikasikan kondisi ekspansif dalam sektor manufaktur, menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan positif.
Kenaikan PMI ini menunjukkan peningkatan aktivitas di sektor manufaktur Indonesia. Hal ini menandakan optimisme pelaku usaha dan peningkatan permintaan baik domestik maupun internasional. Kondisi ini tentunya berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Pertumbuhan positif di sektor manufaktur ini menunjukkan daya tahan dan kemampuan adaptasi ekonomi Indonesia terhadap tantangan global. Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif guna mendorong pertumbuhan sektor ini lebih lanjut.
Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus
Selain PMI manufaktur, kinerja neraca perdagangan Indonesia juga menunjukkan tren yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan sebesar 3,12 miliar dolar AS pada bulan Februari 2025. Meskipun mengalami penurunan sebesar 380 juta dolar AS dibandingkan bulan Januari 2025, surplus ini tetap menunjukkan kinerja ekspor yang kuat.
Surplus neraca perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan nilai impor. Kondisi ini menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar global dan kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan domestik.
Meskipun terjadi penurunan surplus secara bulanan, hal ini masih dalam batas yang wajar dan tidak menunjukkan penurunan signifikan. Pemerintah terus memantau perkembangan neraca perdagangan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kinerja ekspor tetap positif.
Secara keseluruhan, baik PMI manufaktur maupun neraca perdagangan Indonesia menunjukkan kinerja yang positif dan menjanjikan. Hal ini menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia dan memberikan optimisme bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Pemerintah akan terus berupaya untuk menjaga momentum positif ini dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.