STEM: Pilar Penting Penuhi Kebutuhan Talenta Digital Indonesia
Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria, menekankan pentingnya peran STEM dalam memenuhi kebutuhan talenta digital Indonesia yang mencapai 9 juta pada 2030, seraya mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi kesenjangan tersebut.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, menyatakan bahwa pendidikan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) menjadi kunci utama dalam memenuhi kebutuhan talenta digital Indonesia. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada 23 Januari lalu.
Nezar menekankan pentingnya lulusan STEM untuk mendorong inovasi dan memaksimalkan potensi ekonomi digital Indonesia. Ia menambahkan bahwa inovasi STEM bukan hanya soal teknologi, tetapi bagaimana teknologi digunakan untuk menciptakan solusi yang inklusif dan berkelanjutan. Keterjangkauan pendidikan tinggi juga menjadi faktor penting untuk mengurangi kesenjangan talenta digital.
Berdasarkan proyeksi 'Future of Jobs 2025', diperkirakan akan ada 170 juta lapangan kerja baru dan 92 juta pekerjaan lama yang hilang akibat perkembangan teknologi hingga tahun 2030. Lima profesi teknologi akan mendominasi pasar kerja global, termasuk Big Data Specialist, Fintech Engineers, AI and Machine Learning Specialist, dan Software and Application Developers. Empat profesi terakhir ini memiliki pertumbuhan yang sangat pesat dan erat kaitannya dengan STEM.
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan talenta digital. Data BPSDM Kemkominfo menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital hingga 2030, sementara pendidikan formal hanya mampu menyediakan sekitar 6 juta. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak lulusan STEM untuk menutupi kesenjangan ini.
Nezar berharap lulusan STEM dapat memastikan perkembangan teknologi bermanfaat bagi masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri. Kolaborasi ini penting untuk mengembangkan kurikulum literasi digital, mendorong riset dan pengembangan (R&D), serta memastikan pendidikan tinggi memenuhi kebutuhan keterampilan digital yang relevan.
Pemerintah, menurut Nezar, perlu menciptakan kebijakan yang kondusif untuk pertumbuhan digital. Partisipasi masyarakat dalam mengadvokasi keterampilan dan literasi digital juga sangat krusial. Dukungan dari akademisi dan universitas juga menjadi faktor penentu keberhasilan upaya ini. Nezar mengapresiasi inisiatif perguruan tinggi yang memberikan beasiswa STEM, seperti Universitas Prasetiya Mulya, sebagai langkah strategis dalam membangun talenta digital Indonesia dan mendukung Visi Indonesia Emas 2045.
Dengan demikian, investasi di bidang STEM dan kolaborasi lintas sektor menjadi strategi kunci untuk memastikan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi tantangan ekonomi digital di masa depan. Inovasi dalam bidang kecerdasan buatan, keamanan siber, dan teknologi finansial menjadi fokus utama dalam upaya ini.