Sumsel Bahas Strategi Tekan Emisi GRK lewat Pemanfaatan Hutan
Instansi kehutanan dan aktivis lingkungan di Sumatera Selatan berkolaborasi membahas strategi menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui pemanfaatan hutan dan lahan, demi mencapai target Folu Net Sink pada 2030.
Palembang, 22 Januari 2024 - Instansi kehutanan dan aktivis lingkungan di Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar diskusi penting. Mereka membahas strategi menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui pemanfaatan hutan dan lahan secara berkelanjutan. Ketua DPRD Sumsel, Andie Dinialdie, turut hadir dalam diskusi yang diprakarsai oleh Perkumpulan Lingkar Hijau ini.
Diskusi tersebut fokus pada progres aksi pemanfaatan hutan dan lahan lainnya (FOLU) untuk mencapai target Folu Net Sink. Inisiatif ini dinilai krusial dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim ekstrem yang kian mengancam wilayah Sumsel. Andie Dinialdie menyampaikan apresiasinya terhadap upaya pelestarian lingkungan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak.
Sinergi antara instansi kehutanan seperti Balai Pengolahan Hutan (BPH), Dinas Kehutanan, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel dengan organisasi lingkungan hidup dinilai sangat penting. Kerjasama ini diharapkan mampu mengoptimalkan aksi penyelamatan lingkungan, termasuk pengurangan emisi, pencegahan deforestasi, pemulihan ekosistem, dan pencegahan kebakaran hutan.
Andie Dinialdie menegaskan komitmennya untuk mendukung upaya ini. "Untuk mendukung aksi perbaikan iklim dan penyelamatan lingkungan, saya akan mendukung dan memfasilitasi melalui fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran. Bahkan bila perlu dibuat Perda," tegasnya.
Direktur Lingkar Hijau Sumsel, Anwar Sadat, menjelaskan bahwa Sumsel termasuk dalam 12 provinsi yang ditunjuk untuk melaksanakan rencana kerja detail sub rencana kerja nasional program Folu Net Sink. Lingkar Hijau fokus pada pengelolaan kawasan hidrologi gambut (KHG), khususnya di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin, sebagai model pengelolaan hutan dan lahan gambut yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Program Folu Net Sink bertujuan untuk menurunkan emisi GRK sesuai target Enhance National Determinate Carbon (ENDC), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 98/2021. Tujuan utamanya adalah mencapai kondisi di mana tingkat serapan karbon lebih tinggi daripada tingkat emisi pada tahun 2030.
Untuk mencapai target tersebut, empat strategi utama diterapkan: menghindari deforestasi, konservasi dan pengelolaan hutan lestari, perlindungan dan restorasi lahan gambut, serta peningkatan serapan karbon. Strategi ini dijabarkan dalam 15 kegiatan mitigasi, termasuk perhutanan sosial, konservasi keanekaragaman hayati, dan restorasi gambut.
Shabiliani Mareti, Pengendali Ekosistem Hutan Madya BKSDA Sumsel, menambahkan bahwa terdapat empat kawasan target aksi program Folu Net Sink di Sumsel: Suaka Margasatwa (SM) Dangku Musi Banyuasin, SM Gumai Tebing Tinggi Lahat, SM Gunung Raya OKU Selatan, dan SM Padang Sugihan Banyuasin. Upaya pemulihan ekosistem dan pencegahan deforestasi di area sekitar 51 ribu hektare menjadi fokus utama di kawasan-kawasan tersebut.
Baik Anwar Sadat maupun Shabiliani Mareti menekankan pentingnya sinergi antar instansi untuk keberhasilan program Folu Net Sink. Kerjasama yang erat antara instansi kehutanan dan organisasi lingkungan hidup merupakan kunci dalam mencapai target penurunan emisi GRK di Sumsel.