Swasembada Pangan Indonesia: Proses Bertahap, Beras dan Jagung Target 2024
Menko Pangan Zulkifli Hasan menyatakan swasembada pangan di Indonesia dilakukan bertahap, dengan target swasembada beras dan jagung pada tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, baru-baru ini mengumumkan bahwa program swasembada pangan pemerintah akan dilakukan secara bertahap. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke pengepul susu UD Pramono di Boyolali, Jawa Tengah, pada Kamis, 20 Maret 2024. Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau langsung perkembangan industri susu sapi di Indonesia dan upaya untuk mengurangi ketergantungan impor.
Dalam kunjungan tersebut, Menko Pangan menjelaskan bahwa program swasembada pangan mencakup berbagai komoditas, mulai dari karbohidrat seperti beras dan jagung, hingga protein hewani seperti telur, ikan, ayam, susu, dan daging. Ia menekankan pentingnya pendekatan bertahap untuk mencapai tujuan tersebut, mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi.
Zulkifli Hasan menyatakan optimisme terkait capaian swasembada beras dan jagung. "Insya Allah tahun ini beras kita sudah swasembada, nggak impor lagi. Jagung juga insya Allah tahun ini tidak impor lagi," ujarnya. Namun, ia mengakui bahwa swasembada susu sapi masih menjadi tantangan besar, mengingat saat ini sekitar 85 persen kebutuhan susu masih dipenuhi melalui impor.
Swasembada Beras dan Jagung, Tantangan di Sektor Peternakan
Meskipun optimis dengan target swasembada beras dan jagung pada tahun 2024, Menko Pangan mengakui bahwa sektor peternakan, khususnya produksi susu sapi, masih membutuhkan perhatian serius. Hal ini dikarenakan tingginya angka impor susu yang mencapai 85 persen. Program pemerintah terkait makanan bergizi gratis saat ini belum mencakup susu, mengingat keterbatasan produksi dalam negeri.
Pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan industri susu sapi dalam negeri. Dukungan ini diberikan untuk mengurangi ketergantungan impor dan pada akhirnya dapat menyediakan susu untuk program makanan bergizi gratis secara menyeluruh. UD Pramono di Boyolali menjadi salah satu contoh industri yang mendapat dukungan pemerintah.
Zulkifli Hasan menekankan pentingnya dukungan terhadap industri susu dalam negeri seperti UD Pramono. "Ini yang harus didukung, seperti UD Pramono agar kita tidak tergantung pada impor lagi," tegasnya. Ia juga mengamati dengan positif semangat masyarakat untuk mengonsumsi susu, yang menunjukan potensi pasar yang besar.
Produksi Susu Sapi Boyolali Meningkat
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Lusiana Dyah Suciati, memberikan laporan positif terkait peningkatan produksi susu sapi di Boyolali. Produksi yang sempat menurun akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) kini telah meningkat. "Tahun 2023 produksi masih 38 juta liter/tahun, sekarang sudah 41 juta liter/tahun. Peningkatan tidak harus jumlah sapi perahnya tetapi provitas yang naik, setelah PMK sudah meningkat lagi," jelasnya.
Peningkatan produksi susu sapi di Boyolali ini menjadi indikator positif bagi upaya pemerintah dalam mencapai swasembada pangan secara bertahap. Meskipun masih menghadapi tantangan, upaya peningkatan produksi dan dukungan pemerintah diharapkan dapat terus mendorong pertumbuhan sektor peternakan dan mengurangi ketergantungan impor.
Dengan demikian, langkah pemerintah dalam mencapai swasembada pangan menunjukkan komitmen yang kuat. Meskipun prosesnya bertahap, optimisme dan upaya nyata yang dilakukan pemerintah patut diapresiasi. Keberhasilan swasembada pangan akan berdampak positif pada ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.