Tahukah Anda? Antrean Pelabuhan Ketapang Pernah Capai 30 KM, ASDP Kerahkan Kapal Bantuan Jumbo
PT ASDP Indonesia Ferry mengerahkan kapal bantuan berukuran besar untuk mengurai antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, mengatasi kemacetan parah yang sempat terjadi.

PT ASDP Indonesia Ferry mengambil langkah cepat dengan mengerahkan kapal bantuan berukuran besar guna mengurai antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Langkah ini diambil menyikapi kondisi antrean yang sempat memanjang hingga puluhan kilometer. Kapal perbantuan ini diharapkan dapat mempercepat proses penyeberangan menuju Bali, khususnya Pelabuhan Gilimanuk.
KMP Gading Nusantara, milik PT Jembatan Nusantara yang merupakan anak usaha ASDP, menjadi salah satu kapal yang dikerahkan. Kapal ini sebelumnya melayani rute Padangbai-Lembar dan memiliki kapasitas angkut besar, mampu membawa 30 hingga 40 unit kendaraan campuran atau sekitar 30 unit truk tronton. Kehadiran kapal ini diharapkan dapat signifikan mengurangi kepadatan di dermaga.
Kapal KMP Gading Nusantara diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sejak Sabtu (26/7) dan telah mendapatkan izin operasional dari KSOP serta BPTD. Dengan penambahan armada ini, ASDP berupaya keras untuk memastikan kelancaran arus lalu lintas logistik dan penumpang. Kondisi antrean kendaraan menuju Pelabuhan Ketapang sendiri dilaporkan sudah lebih terkendali, dengan jarak antrean berkisar 1,3 hingga 2 kilometer dari pelabuhan.
Strategi ASDP Mengurai Antrean Pelabuhan Ketapang
Antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang sempat menembus jarak 30 kilometer, menciptakan tantangan besar bagi kelancaran distribusi logistik. Namun, dengan upaya sigap dari PT ASDP Indonesia Ferry, antrean tersebut kini telah turun signifikan. Truk-truk logistik yang padat kini mengalir lebih lancar menuju kantong parkir Bulusan, mengurangi penumpukan di jalan.
Bantuan KMP Gading Nusantara ini melengkapi layanan kapal perbantuan ukuran besar yang telah lebih dulu dioperasikan, yaitu KMP Portlink VII. Kedua kapal jumbo ini bekerja sama untuk menambah kapasitas angkut dan mempercepat rotasi penyeberangan. Kehadiran kapal-kapal berukuran besar menjadi kunci dalam mengatasi volume kendaraan yang tinggi, terutama truk-truk logistik.
Selain penambahan armada, ASDP juga memberlakukan percepatan proses bongkar muat di dermaga. Pengaturan kapal berdasarkan jenis kendaraan juga diterapkan untuk efisiensi. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan setiap dermaga dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan karakteristik muatan yang dilayani, meminimalkan waktu tunggu.
Optimalisasi Operasional Dermaga dan Aturan Kapal LCT
Hingga Minggu (27/7) pagi, sebanyak 26 kapal aktif melayani lintasan Ketapang-Gilimanuk. Dari jumlah tersebut, 19 kapal beroperasi di Dermaga MB (Moveable Bridge) dan 7 kapal di Dermaga LCM, dengan pola 8 trip per hari. Pembagian tugas ini dirancang untuk memaksimalkan kapasitas dermaga yang berbeda.
General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Yannes Kurniawan, menjelaskan bahwa enam kapal di dermaga LCM saat ini difokuskan untuk melayani truk-truk bertonase lebih dari 35 ton. Fokus ini bertujuan agar distribusi muatan logistik dapat lebih merata dan tidak terpusat pada satu jalur operasional saja. Ini juga membantu mengurangi beban pada dermaga utama dan mempercepat penyeberangan truk-truk besar.
Untuk kapal-kapal eks LCT yang beroperasi, aturan ketat sesuai ketentuan keselamatan dari Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan tetap diberlakukan. Kapal jenis ini hanya diperbolehkan mengangkut maksimal enam unit truk tronton tanpa penumpang umum. Selain itu, setiap kapal wajib dilengkapi dua awak kendaraan dengan life jacket selama pelayaran, memastikan aspek keselamatan tetap menjadi prioritas utama dalam setiap operasional penyeberangan.