Tahukah Anda? Pengetahuan Fundamental Kunci Indonesia Hadapi Disrupsi Teknologi Global, Ungkap Menteri
Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Brian Yuliarto menekankan pentingnya penguasaan Pengetahuan Fundamental untuk menghadapi disrupsi teknologi global seperti AI dan komputasi kuantum.

Jakarta, 3 Agustus – Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan urgensi penguasaan pengetahuan fundamental dalam menghadapi gelombang disrupsi teknologi global yang semakin masif. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (3/8) di Jakarta, menyoroti tantangan yang ditimbulkan oleh kemajuan pesat seperti kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum.
Menurut Menteri Yuliarto, di tengah kecepatan komputasi yang sangat tinggi saat ini, pemahaman dasar keilmuan menjadi krusial. Ia menekankan bahwa budaya ilmiah memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan masyarakat mampu beradaptasi dan berinovasi di era digital.
Penguasaan pengetahuan fundamental ini, lanjutnya, dapat dicapai melalui pengembangan budaya ilmiah yang kuat di lingkungan universitas. Harapannya, budaya ini kemudian dapat diperluas dan disebarluaskan kepada masyarakat umum, menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi berkelanjutan.
Pentingnya Budaya Ilmiah dan Peran Perguruan Tinggi
Menteri Brian Yuliarto secara khusus mendorong peran aktif perguruan tinggi dalam memperkuat penguasaan pengetahuan fundamental. Hal ini sejalan dengan ambisi Indonesia untuk mencapai status negara maju pada tahun 2045, sebuah target yang membutuhkan fondasi keilmuan yang kokoh.
Pendidikan, menurutnya, merupakan pilar utama bagi pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan. Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi delapan persen per tahun, yang merupakan prasyarat status negara maju, Indonesia harus mengoptimalkan potensi sumber daya manusianya melalui pendidikan berkualitas.
Pengembangan budaya ilmiah di kampus tidak hanya mencakup transfer ilmu, tetapi juga pembentukan pola pikir kritis dan analitis. Mahasiswa dan dosen diharapkan mampu tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengolah dan menciptakan pengetahuan baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan Pendidikan Tinggi
Dalam upaya mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia, Menteri Yuliarto juga menyerukan optimalisasi layanan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), serta pemerintah daerah. Layanan ini ditujukan bagi para dosen, mahasiswa, dan institusi pendidikan.
Optimalisasi layanan ini diharapkan dapat mendorong peningkatan Rasio Partisipasi Kasar (RPK) pendidikan tinggi dari 32 persen menjadi 38 persen. Target ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi lebih banyak generasi muda Indonesia.
Menteri Yuliarto mengungkapkan bahwa Indonesia biasanya mengalami peningkatan jumlah mahasiswa sebesar 0,5 persen per tahun. Namun, saat ini pemerintah berupaya meningkatkan angka tersebut menjadi satu persen per tahun, menandakan percepatan dalam pemerataan akses pendidikan tinggi.
Ia juga mengajak seluruh perguruan tinggi untuk mengubah perspektif layanan mereka, dari yang bersifat menghakimi menjadi berorientasi pada perbaikan berkelanjutan. Dengan reformasi pendekatan dan peningkatan layanan pendidikan tinggi, diharapkan seluruh universitas di Indonesia dapat fokus pada peningkatan kualitas dan inovasi secara berkelanjutan, memastikan Pengetahuan Fundamental menjadi landasan kuat bagi kemajuan bangsa.