Mendikbudristek: Pendidikan Tinggi, Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Mendikbudristek Brian Yuliarto tekankan peran krusial pendidikan tinggi, sains, dan teknologi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, serta upaya transformasi untuk pendidikan tinggi yang relevan dan berdampak.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Brian Yuliarto menegaskan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi sebagai kunci utama keberhasilan Indonesia Emas 2045. Pernyataan ini disampaikan dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di Jakarta, Jumat. Amanat Presiden dan Wakil Presiden RI untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, yang mencakup ketahanan nasional, penguatan SDM, dan hilirisasi industri, menuntut peran aktif sektor pendidikan tinggi.
Mendikbudristek Brian Yuliarto menekankan bahwa visi Indonesia Emas 2045 menghadapi tantangan nyata. Masyarakat masih memandang pendidikan tinggi kurang penting, ditandai dengan kesulitan sarjana mendapatkan pekerjaan sesuai bidang studi dan disparitas akses serta kualitas pendidikan antar daerah. Pemerintah berupaya mengatasi hal ini melalui program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), namun dibutuhkan langkah lebih komprehensif.
âIni sesungguhnya adalah sebuah amanah buat kita semua. Ini adalah sebuah kepercayaan bahwa pendidikan tinggi, sains, dan teknologi memegang peran kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,â kata Mendikbudristek Brian Yuliarto. Ia menyadari bahwa upaya mewujudkan visi tersebut membutuhkan transformasi sistemik dalam pendidikan tinggi. Transformasi ini bertujuan untuk perluasan akses, peningkatan kualitas merata, dan relevansi pendidikan tinggi, sains, teknologi, riset, dan inovasi dengan kebutuhan bangsa.
Transformasi Pendidikan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045
Untuk menjawab tantangan tersebut, Mendikbudristek menekankan perlunya perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri. Hal ini membutuhkan ekosistem pembelajaran yang dinamis, yang menghubungkan riset, inovasi, dan pembelajaran dengan industri, dunia usaha, dan masyarakat. Sistem penilaian kinerja juga harus berbasis output, bukan hanya proses. âInilah paradigma transformasional yang menjadi fondasi utama dari pendidikan tinggi, sains, dan teknologi yang berdampak,â tegasnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) meluncurkan program Diktisaintek Berdampak sebagai kelanjutan dari program Kampus Merdeka. Program ini mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, industri, UMKM, dan masyarakat sekitar kampus untuk kemajuan bersama. Tujuannya adalah agar seluruh perguruan tinggi memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Program ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja dan berkontribusi pada pembangunan nasional. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas riset dan inovasi di perguruan tinggi, sehingga dapat menghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat bagi industri dan masyarakat.
Kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri sangat penting untuk memastikan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Dengan adanya kolaborasi ini, lulusan perguruan tinggi akan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh industri, sehingga mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
Tantangan dan Solusi Menuju Pendidikan Tinggi yang Berdampak
- Persepsi Masyarakat: Masih ada anggapan bahwa kuliah kurang penting karena sulitnya mendapatkan pekerjaan sesuai bidang studi.
- Disparitas Akses dan Kualitas: Kualitas dan akses pendidikan tinggi berbeda-beda di setiap daerah.
- Relevansi Pendidikan: Pendidikan tinggi perlu menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Pemerintah berupaya mengatasi tantangan tersebut melalui berbagai program, termasuk KIP-K dan program Diktisaintek Berdampak. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi di Indonesia.
âMari bersama-sama kita memastikan kampus-kampus kita semua berdampak, mahasiswa-mahasiswa melakukan aktivitas yang memberikan dampak, riset dan inovasi yang berjalan tidak berhenti sampai paper, jurnal, atau paten, tetapi lebih dari itu bisa membantu industri-industri yang ada, dan pada akhirnya Indonesia bisa bergerak maju, berbasis ilmu, inovasi, dan tentu keberpihakan kepada masyarakat,â ajak Mendikbudristek Brian Yuliarto. Harapannya, transformasi pendidikan tinggi ini akan menjadi pendorong utama terwujudnya Indonesia Emas 2045.