Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
logo
LIVE
  • Auto
  • Dark Mode
  • Light Mode
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Lainnya
    • Ngakak
    • Merdeka
LIVE
  • Auto
  • Dark Mode
  • Light Mode
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Lainnya
HEADLINE HARI INI
  1. Hot News

Trivia: Mengapa Koteka Tetap Lestari dan Jadi Simbol Keberagaman di Usia 80 Tahun Indonesia Merdeka?

Di tengah modernisasi, koteka tetap lestari sebagai jati diri masyarakat Papua Pegunungan. Simak bagaimana pakaian tradisional ini menjadi simbol keberagaman di 80 tahun Indonesia Merdeka.

Sabtu, 09 Agu 2025 14:44:00
konten ai
Copied!
Trivia: Mengapa Koteka Tetap Lestari dan Jadi Simbol Keberagaman di Usia 80 Tahun Indonesia Merdeka?
Di tengah modernisasi, koteka tetap lestari sebagai jati diri masyarakat Papua Pegunungan. Simak bagaimana pakaian tradisional ini menjadi simbol keberagaman di 80 tahun Indonesia Merdeka. (©Planet Merdeka)
ADVERTISEMENT

Koteka, pakaian tradisional laki-laki di Papua, khususnya wilayah Pegunungan Tengah, tetap menjadi simbol penting. Pakaian ini terbuat dari buah labu air kering yang dibentuk mengerucut. Hingga kini, koteka masih sering terlihat dikenakan oleh masyarakat adat di pusat keramaian Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Lebih dari sekadar penutup kemaluan, koteka memiliki makna mendalam dalam budaya Papua. Pakaian ini melambangkan ketangguhan dan kejantanan bagi kaum pria. Keberadaannya menegaskan identitas serta nilai-nilai luhur dari para leluhur.

Menjelang peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, koteka terus dilestarikan sebagai wujud keberagaman budaya bangsa. Pakaian adat ini bahkan kerap ditampilkan dalam karnaval dan upacara bendera. Hal ini menunjukkan bahwa koteka adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri Indonesia.

Makna dan Fungsi Koteka dalam Budaya Papua

Koteka dikenakan dengan diikatkan pada pinggang, dengan ujungnya menjorok ke atas. Fungsi utamanya melampaui sekadar penutup kemaluan laki-laki. Pakaian ini menjadi penanda status sosial, di mana ukuran dan hiasan dapat menunjukkan kedudukan pemakainya dalam masyarakat adat.

Bagi masyarakat Papua Pegunungan, koteka adalah penanda identitas suku dan budaya yang kuat. Selain itu, penggunaan koteka juga melambangkan kedewasaan seorang pria. Pakaian ini sarat dengan nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, kepemimpinan, kebanggaan, dan kebesaran.

Gubernur Papua Pegunungan, John Tabo, menegaskan bahwa koteka adalah jati diri, harga diri, dan budaya yang diwariskan leluhur. Oleh karena itu, pelestarian koteka menjadi prioritas utama. Pakaian ini tidak akan tergantikan oleh busana lain, seiring bertambahnya usia kemerdekaan negara.

Melestarikan Warisan Leluhur di Era Modern

Pandangan yang menganggap koteka primitif atau simbol keterbelakangan adalah keliru. Koteka memiliki kedudukan setara dengan pakaian adat lain di Nusantara, seperti beskap Jawa atau baju bodo Bugis. Pakaian ini adalah kekayaan tak terbantahkan dan simbol kemajemukan suku di Indonesia.

Pemerintah Kabupaten Jayawijaya aktif berupaya melestarikan koteka melalui berbagai cara. Penggunaan koteka diintegrasikan dalam acara resmi, seperti pelantikan anggota DPRK dan karnaval budaya. Bupati Jayawijaya, Atenius Murib, mengapresiasi generasi muda yang masih melestarikan tradisi ini.

Upaya pelestarian juga mencakup sosialisasi pentingnya budaya koteka kepada masyarakat dan peningkatan pendidikan budaya di sekolah. Selain itu, pemerintah daerah mengembangkan potensi pariwisata berbasis budaya, seperti Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB). Pemberdayaan perajin koteka juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran.

Ketahanan Koteka di Tengah Cuaca Ekstrem

Meskipun suhu di Papua Pegunungan bisa sangat dingin, koteka tetap digunakan oleh masyarakatnya. Rahasianya terletak pada penggunaan minyak babi yang dioleskan ke tubuh, memberikan kehangatan. Minyak ini telah digunakan selama berabad-abad untuk mengatasi suhu ekstrem yang bisa mencapai 11 derajat Celcius.

Selain minyak babi, honai, rumah adat masyarakat Papua Pegunungan, juga berperan penting. Desain atapnya yang rendah memerangkap udara di dalam, menciptakan ruangan yang hangat. Kombinasi koteka, minyak babi, dan honai memungkinkan masyarakat bertahan dari cuaca ekstrem.

Koteka akan terus menjadi lambang ketangguhan dan keagungan masyarakat Papua Pegunungan. Pakaian ini menunjukkan kemampuan mereka bertahan dari derasnya modernisasi dan perkembangan teknologi global. Koteka adalah wujud falsafah Bhinneka Tunggal Ika, simbol keberagaman yang merekatkan bangsa.

Share
Copied!

Share

Better experience in portrait mode.
Image Saved!
Berita Terbaru
  • Meriahnya Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing: Dari Guiqiao Hingga Kuliner Nusantara
  • Kukar, Lumbung Padi Kaltim, Optimalisasi Peran Penyuluh Pertanian Topang Pangan IKN: Fakta Produksi Fantastis!
  • UIN Jakarta Usung Kurikulum Berbasis Cinta: Fondasi Generasi Penuh Kasih Sayang dan Toleransi
  • Tahukah Anda? DPRD Ambon Kenalkan Dunia Politik Lewat Program Parlemen Muda untuk Pelajar
  • Maluku Tengah Bangkit: Pemkab Rekonstruksi 12 Rumah Pascakonflik, Libatkan Warga Lokal untuk Pemulihan
  • budaya indonesia
  • festival lembah baliem
  • indonesia merdeka
  • jati diri bangsa
  • keberagaman budaya
  • konten ai
  • koteka papua
  • pakaian adat
  • papua pegunungan
  • #planetantara
  • tradisi nusantara
  • warisan leluhur
Copied!
Artikel ini ditulis oleh
Redaksi Merdeka
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter
  • Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

ADVERTISEMENT
Topik Populer

Topik Populer

  • Viral
  • Timnas
  • Prabowo Subianto
  • Piala AFF 2024
  • PPN 12 persen
  • Irish Bela
Rekomendasi
  • beijing china

    Meriahnya Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing: Dari Guiqiao Hingga Kuliner Nusantara

    20 Agu 2025
  • ekonomi kukar

    Kukar, Lumbung Padi Kaltim, Optimalisasi Peran Penyuluh Pertanian Topang Pangan IKN: Fakta Produksi Fantastis!

    20 Agu 2025
  • generasi berkarakter

    UIN Jakarta Usung Kurikulum Berbasis Cinta: Fondasi Generasi Penuh Kasih Sayang dan Toleransi

    20 Agu 2025
  • ambon maju

    Tahukah Anda? DPRD Ambon Kenalkan Dunia Politik Lewat Program Parlemen Muda untuk Pelajar

    20 Agu 2025
  • bupati maluku tengah

    Maluku Tengah Bangkit: Pemkab Rekonstruksi 12 Rumah Pascakonflik, Libatkan Warga Lokal untuk Pemulihan

    20 Agu 2025
ADVERTISEMENT
Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

  • Kurang dari 24 Jam, Polisi Ringkus Terduga Pelaku Premanisme di Tambora Jakarta Barat

    cctv 16 Agu 2025
  • Viral Mengamen hingga Tengah Malam, Dinsos DKI Lakukan Penertiban Pengamen Anak Secara Persuasif

    Dinsos DKI 12 Agu 2025
  • Bikin Heboh! Wakil Menteri Ketenagakerjaan Tampil dengan Kaus One Piece Dukung Buruh Mogok, Simbol Perlawanan Ketidakadilan?

    Bendera Bajak Laut 8 Agu 2025
  • Viral Minta Rp100 Ribu, Juru Parkir Liar Tanah Abang Ditangkap Polisi

    hukum 30 Jul 2025
  • Kurang dari 24 Jam! Polisi Tangkap Dua Pencuri Tas Kereta di Tambora, Korban Rugi Rp10 Juta

    cctv 29 Jul 2025
logo
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap
  • Kapanlagi.com
  • Otosia
  • Liputan6
  • Fimela
  • Bola.net
  • Brilio
  • Bola.com
  • Merdeka
Connect with us

Copyright © 2025 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.