Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp9.436,4 Triliun pada Maret 2025
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan uang beredar M2 mencapai Rp9.436,4 triliun pada Maret 2025, didorong oleh peningkatan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan pertumbuhan uang beredar yang signifikan pada Maret 2025. Likuiditas perekonomian, atau uang beredar dalam arti luas (M2), mencapai angka fantastis, yaitu Rp9.436,4 triliun. Pertumbuhan ini mencerminkan kinerja ekonomi Indonesia yang cukup positif, meskipun terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Pertumbuhan ini terjadi di tengah berbagai dinamika ekonomi global dan domestik.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, memaparkan bahwa pertumbuhan M2 pada Maret 2025 tercatat sebesar 6,1 persen (yoy). Angka ini relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 6,2 persen (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor kunci yang akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini. Stabilitas pertumbuhan ini menunjukkan adanya upaya pengendalian moneter yang efektif dari BI.
Pertumbuhan uang beredar ini memiliki implikasi penting bagi perekonomian Indonesia. Peningkatan likuiditas dapat mendorong aktivitas ekonomi, investasi, dan konsumsi. Namun, perlu dipantau agar pertumbuhan ini tetap terkendali dan tidak memicu inflasi yang berlebihan. BI terus memantau perkembangan ini secara ketat untuk menjaga stabilitas ekonomi makro.
Pertumbuhan M1 dan Uang Kuasi
Pertumbuhan M2 yang mencapai 6,1 persen (yoy) didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 3,0 persen (yoy). Komponen-komponen ini memberikan gambaran lebih detail tentang dinamika likuiditas di Indonesia. Peningkatan M1 menunjukkan peningkatan transaksi keuangan yang lebih aktif, sementara pertumbuhan uang kuasi menunjukkan peningkatan aset yang lebih cair.
Lebih lanjut, Ramdan menjelaskan bahwa perkembangan M2 pada Maret 2025 dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih. Kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 8,7 persen (yoy), meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 9,7 persen (yoy). Penurunan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami penyebabnya dan dampaknya terhadap perekonomian.
Penting untuk dicatat bahwa angka kredit yang dilaporkan hanya mencakup pinjaman (loans), dan tidak termasuk instrumen keuangan lain seperti surat berharga (debt securities), tagihan akseptasi (banker's acceptances), dan tagihan repo. Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit dari kantor bank umum di luar negeri, serta kredit kepada pemerintah pusat dan bukan penduduk.
Aktiva luar negeri bersih juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan M2, dengan pertumbuhan sebesar 6,0 persen (yoy). Angka ini meningkat dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 sebesar 4,1 persen (yoy), menunjukkan peningkatan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.
Analisis Lebih Lanjut: Tagihan Pemerintah dan Uang Primer
Di sisi lain, tagihan bersih kepada pemerintah pusat (Pempus) mengalami kontraksi sebesar 8,6 persen (yoy), setelah terkontraksi 5,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Kontraksi ini menunjukkan adanya pengurangan likuiditas yang berasal dari pemerintah. Namun, dampaknya terhadap pertumbuhan M2 relatif kecil dibandingkan dengan dampak positif dari pertumbuhan kredit dan aktiva luar negeri bersih.
Uang primer (M0) adjusted pada Maret 2025 tumbuh signifikan, yaitu 21,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,0 persen (yoy), dan mencapai Rp2.052,5 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang kartal yang diedarkan sebesar 15,5 persen (yoy) dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 18,1 persen (yoy).
Penting untuk memahami bahwa uang primer (M0) adjusted telah mengisolasi dampak penurunan giro bank di Bank Indonesia akibat pemberian insentif likuiditas. Dengan demikian, angka pertumbuhan ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perkembangan uang primer yang sebenarnya. Peningkatan M0 adjusted dipengaruhi oleh pengendalian moneter yang mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas.
Secara keseluruhan, pertumbuhan uang beredar M2 pada Maret 2025 menunjukkan kinerja ekonomi Indonesia yang cukup baik. Namun, BI akan terus memantau perkembangan ini secara ketat untuk memastikan stabilitas ekonomi makro dan mengantisipasi potensi risiko yang mungkin muncul.