UMKM Ambon Luncurkan Kukis Sagu: Inovasi Pangan Lokal Go Nasional dan Internasional
Pelaku UMKM di Ambon meluncurkan kukis sagu sebagai inovasi pangan lokal, bertujuan memperluas pasar sagu Maluku hingga ke kancah internasional dengan cita rasa yang lezat dan sehat.

Ambon, 12 Maret 2025 (ANTARA) - Sebuah inovasi menarik datang dari Ambon, Maluku. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat baru saja meluncurkan produk kukis berbahan dasar sagu. Inovasi ini tidak hanya menawarkan camilan lezat, tetapi juga bertujuan untuk mengangkat potensi sagu Maluku ke pasar nasional dan internasional, sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner daerah ke dunia.
Dyah Puspita, pemilik usaha rumahan di Ambon dan pelaku UMKM di balik inovasi ini, menjelaskan bahwa kukis sagunya merupakan produk sehat yang terbuat dari sagu Maluku pilihan, dipadukan dengan jahe dan bahan-bahan berkualitas lainnya. "Kukis sagu adalah kukis sehat yang terbuat dari sagu Maluku yang dipadukan dengan jahe dan bahan pilihan lainnya. Saya ingin menunjukkan bahwa sagu juga bisa diolah menjadi kukis yang renyah dan lezat," ujarnya di Ambon, Rabu.
Ide pembuatan kukis sagu muncul dari keinginan Dyah untuk mengolah sagu dengan cara yang lebih modern dan menarik, khususnya bagi generasi muda. Ia berharap produknya dapat menjadi alternatif camilan sehat dan memperkenalkan potensi pangan lokal Maluku lebih luas.
Inovasi Kukis Sagu: Cita Rasa Unik dan Manfaat Kesehatan
Kubis sagu Dyah Puspita menawarkan cita rasa khas yang unik, memadukan tekstur renyah dengan aroma dan rasa jahe yang menyegarkan. Lebih dari sekadar rasa, kukis ini juga diklaim memiliki manfaat kesehatan. Karena terbuat dari sagu, kukis ini bebas gluten, menjadikannya pilihan tepat bagi mereka yang memiliki alergi terhadap tepung terigu.
Keunggulan ini diharapkan dapat menarik minat konsumen yang lebih luas, tidak hanya di Maluku, tetapi juga di seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Dengan kemasan baru yang diluncurkan pada Februari 2025, kukis sagu Dyah Puspita telah tersedia di berbagai toko oleh-oleh di Maluku dan Ternate, dengan jumlah produksi mencapai 300-500 kemasan.
Langkah inovatif Dyah mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Dinas Koperasi dan UMKM Kota Ambon. Hal ini menunjukkan dukungan kuat terhadap pengembangan produk berbasis sumber daya lokal.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Ekspor
Pemerintah Provinsi Maluku juga memberikan apresiasi atas inovasi kukis sagu ini. Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Koperasi UKM Provinsi Maluku, Fitrah AM Ambon, menyatakan bahwa sagu merupakan potensi ketahanan pangan lokal yang melimpah dan bernilai ekonomis tinggi. "Sagu merupakan potensi ketahanan pangan lokal yang melimpah dan bernilai ekonomis, sangat baik dari sisi kesehatan terutama bagi pengidap diabetes, selain tentunya ini bagian dari pelestarian kebudayaan lokal masyarakat Maluku," kata Fitrah.
Dukungan pemerintah ini menjadi angin segar bagi Dyah Puspita untuk terus mengembangkan usahanya. Saat ini, ia memproduksi dua varian rasa, yaitu jahe dan kelapa, yang dipasarkan secara lokal melalui toko oleh-oleh dan platform digital. Ke depan, Dyah berencana meningkatkan produksi dan menjajaki peluang ekspor untuk memperkenalkan sagu Maluku ke pasar internasional.
Dengan inovasi dan kerja kerasnya, Dyah Puspita tidak hanya sukses menciptakan produk kuliner yang lezat dan sehat, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi produk berbasis sagu, sekaligus melestarikan kekayaan kuliner dan budaya lokal Maluku.
Langkah Dyah ini diharapkan dapat menginspirasi pelaku UMKM lainnya untuk berinovasi dan mengembangkan produk-produk berbasis sumber daya lokal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah dan memperkenalkan kekayaan Indonesia ke dunia.