Yoti Silooy: Lestarikan Tradisi Bakar Sagu Gula Khas Ambon
Yoti Silooy di Ambon, Maluku, terus melestarikan tradisi pembuatan sagu gula bakar secara turun temurun, sebuah camilan khas Ambon yang kini semakin langka dan hanya bisa dipesan.
Di Desa Amahusu, Ambon, Yoti Silooy menjaga tradisi pembuatan sagu gula bakar, sebuah warisan kuliner khas Maluku. Proses pembuatannya yang unik dan langka, membuat camilan ini semakin diminati.
Menjaga Tradisi Leluhur
Yoti, generasi penerus usaha keluarga, menjelaskan bahwa pembuatan sagu gula bakar ini merupakan tradisi turun temurun dari orang tuanya. Ia konsisten mempertahankan cara pembuatan tradisional, meskipun kini sagu gula semakin sulit ditemukan di pasaran umum. Sagu gula menjadi camilan yang harus dipesan terlebih dahulu karena jumlah pembuatnya yang terbatas.
Proses Pembuatan Sagu Gula Bakar
Prosesnya diawali dengan pengayakan tepung sagu dua kali untuk mendapatkan tekstur yang halus dan bebas gumpalan. Tepung sagu kemudian dicampur dengan parutan kelapa. Cetakan sagu, yang disebut porna dan terbuat dari tanah liat, dipanaskan di atas tungku selama 10-15 menit. Setelah itu, campuran tepung sagu dan kelapa parut dimasukkan ke dalam porna yang panas, ditaburi gula merah Saparua, dan ditutup rapat dengan daun pisang selama kurang lebih lima menit.
Setelah proses tersebut, sagu gula siap dihidangkan. Setiap porna berisi 14 cetakan sagu gula, yang dijual dengan harga Rp2.000-Rp2.500 per lempeng, tergantung harga gula merah.
Permintaan yang Meningkat
Popularitas sagu gula Yoti Silooy bukan hanya terbatas di Ambon. Banyak pesanan datang dari luar daerah, bahkan untuk acara-acara resmi pemerintahan. Hal ini menunjukkan tingginya apresiasi terhadap produk lokal dan usaha pelestarian kuliner tradisional.
Upaya Pelestarian
Yoti juga aktif berpartisipasi dalam pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku. Partisipasi dalam pameran di Jakarta, misalnya, menjadi bagian dari upayanya untuk mempromosikan sagu gula dan melestarikan tradisi pembuatannya.
Kesimpulan
Usaha Yoti Silooy tidak hanya menghasilkan camilan lezat, tetapi juga menjadi bukti nyata pelestarian tradisi kuliner Ambon. Dedikasi Yoti dalam menjaga warisan kuliner leluhur patut diapresiasi dan menginspirasi usaha-usaha serupa untuk mempertahankan kekayaan budaya Indonesia.