Negeri Rutong: Lestarikan Hutan Sagu, Jaga Ketahanan Pangan Maluku
Negeri Rutong, Ambon, melestarikan hutan sagu seluas 22 hektare sebagai sumber pangan dan ekowisata, mendorong ketahanan pangan dan perekonomian lokal melalui inovasi dan digitalisasi.
Hutan sagu seluas 22 hektare di Negeri Rutong, Ambon, menjadi jantung kehidupan masyarakat setempat. Bukan hanya sebagai sumber pangan utama, hutan ini kini juga dilestarikan sebagai destinasi ekowisata, memadukan tradisi dan modernitas untuk menjaga ketahanan pangan Maluku.
Ekowisata Sagu: Tradisi dan Modernitas Berpadu
Raja Negeri Rutong, Reza Valdo Maspaitella, melihat potensi besar hutan sagu. Bersama masyarakat, beliau merancang program ekowisata yang melibatkan warga dalam pelestarian dan pengolahan sagu. Pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan sagu tradisional, dari pemilihan pohon hingga menjadi pati sagu (sagu manta), sebuah proses yang disebut "pukul sagu". Mereka bahkan bisa berpartisipasi langsung!
Prosesnya unik dan menarik. Daging sagu yang telah dikeruk disaring menggunakan kamboti (wadah anyaman pelepah kelapa) di walang goti (alat dari pelepah sagu). Air perasan sagu dibuang, sementara pati sagu terkumpul di goti sebelum dipindahkan ke tumang (tempat penyimpanan sagu). Ini adalah warisan budaya yang luar biasa!
Ekowisata ini memberikan dampak ekonomi signifikan. Peningkatan pendapatan masyarakat terlihat dari penjualan hasil olahan sagu kepada wisatawan. Selain itu, paket wisata yang ditawarkan juga beragam, mulai dari paket pengolahan sagu tradisional hingga paket seni budaya yang menampilkan tarian dan musik tradisional Negeri Rutong.
Paket Wisata dan Inovasi Digital
Terdapat dua paket wisata utama: paket ekowisata pengolahan sagu dan paket yang menggabungkan kunjungan hutan sagu dengan atraksi seni budaya. Pengunjung juga dapat mencicipi ulat sagu, sumber protein tinggi! Tarif masuk sangat terjangkau, hanya Rp3.000, dan pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun non-tunai (Qris).
Paket edukasi juga tersedia untuk pelajar, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Kegiatan meliputi jalan santai, pengenalan sagu sebagai identitas Maluku, dan pengolahan sagu menjadi berbagai makanan. Ricardo Makatita, pengelola ekowisata, menjelaskan bahwa kunjungan harian selalu ada, baik dari sekolah, komunitas, maupun individu.
Fasilitas terus dikembangkan. Ruangan untuk memamerkan produk turunan sagu dan pusat informasi sedang dibangun. Rencana ke depan termasuk area swafoto dan kafe yang menyajikan kuliner khas berbahan sagu. Negeri Rutong juga telah menerapkan digitalisasi melalui platform Rutong.id sejak 2021, menjadikannya desa pintar pertama di Maluku.
Ketahanan Pangan: Sagu sebagai Benteng Utama
Pengembangan hutan sagu Negeri Rutong sangat penting untuk ketahanan pangan Kota Ambon. Penjabat Wali Kota Ambon, Dominggus N Kaya, menekankan pentingnya menghidupkan kembali pangan lokal, mengingat ketergantungan Ambon pada suplai bahan makanan dari luar. Sagu, sebagai makanan pokok masyarakat Maluku, diolah menjadi berbagai hidangan, dari Papeda hingga inovasi modern seperti brownies sagu dan burger sagu tuna.
Dengan lahan pertanian yang terbatas di Ambon, hutan sagu Negeri Rutong menjadi benteng utama ketahanan pangan. Upaya pelestarian dan inovasi yang dilakukan masyarakat setempat menjadikan Negeri Rutong sebagai contoh nyata dalam menjaga ketahanan pangan dan melestarikan warisan budaya.
Prestasi Negeri Rutong juga membanggakan. Mereka meraih peringkat empat nasional dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 kategori desa wisata digital dan konten kreatif, serta terpilih sebagai salah satu dari 15 desa terbaik tingkat nasional yang akan mendapatkan pendampingan dan pembiayaan pengembangan UMKM tahun 2024. Ini bukti nyata komitmen dan keberhasilan mereka.