Waspada Banjir Rob! Fenomena Worm Moon Picu Kenaikan Air Laut di Pesisir Indonesia
Fenomena Worm Moon pada Maret 2025 diprediksi BMKG memicu banjir rob di berbagai wilayah pesisir Indonesia hingga akhir Maret, berdampak pada aktivitas masyarakat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena Worm Moon atau bulan purnama di bulan Maret 2025 akan berdampak pada peningkatan ketinggian air laut di wilayah pesisir Indonesia. Hal ini disebabkan oleh fenomena bulan purnama yang bertepatan dengan fase bulan perigee dan gerhana bulan di bagian utara-selatan bumi. Prediksi ini disampaikan oleh Direktur Bidang Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, pada Rabu, 12 Maret 2025 di Jakarta. Banjir rob berpotensi terjadi di berbagai wilayah pesisir Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Maluku, dan berdampak signifikan pada aktivitas masyarakat di daerah tersebut.
Menurut BMKG, puncak fenomena ini diperkirakan terjadi pada tanggal 14 dan 29 Maret 2025. Kenaikan air laut maksimal yang dipicu oleh Worm Moon berpotensi menyebabkan banjir pesisir atau rob di berbagai wilayah. Eko Prasetyo menekankan potensi dampaknya pada aktivitas masyarakat pesisir, termasuk bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, hingga tambak perikanan darat dan garam. BMKG telah mengeluarkan peringatan dini dan memetakan wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak.
Peringatan dini ini sangat penting bagi masyarakat pesisir untuk melakukan persiapan dan mitigasi bencana. Antisipasi dini dapat meminimalisir dampak negatif dari banjir rob, yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Kerjasama antara BMKG dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk memastikan informasi peringatan dini sampai ke masyarakat dan langkah-langkah evakuasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Wilayah Rawan Banjir Rob Akibat Worm Moon
BMKG telah memetakan sejumlah wilayah pesisir di Indonesia yang berpotensi mengalami banjir rob akibat fenomena Worm Moon. Wilayah-wilayah tersebut meliputi pesisir Sumatera Utara (Belawan), Kepulauan Riau (Batam, Dabo Singkep, Karimun, Bintan, Tanjung Pinang), Sumatera Barat (Kota Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Painan), Jambi (Selatan Berhala), dan Lampung (Bandar Lampung). Selain itu, potensi banjir rob juga mengintai pesisir Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku.
Lebih rinci, di Jawa, potensi banjir rob meliputi pesisir Banten (utara Tangerang, Selat Sunda barat Pandeglang, selatan Pandeglang, selatan Lebak), Jakarta (Kemal Muara, Kapuk Muara, Pluit, Ancol, Marunda, Cilincing, Tanjung Priok, dan Kalibaru Jakarta Utara), Jawa Barat (Pesisir Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon), dan Jawa Tengah (Semarang, Demak, Pekalongan, Brebes, Tegal, Pemalang). Sementara di Kalimantan, wilayah yang berpotensi terdampak meliputi Kalimantan Timur (Balikpapan barat, Balikpapan timur), Kalimantan Selatan (Perairan Kotabaru, Muara Sungai Barito), Kalimantan Tengah (selatan Kotawaringin Barat), dan Kalimantan Barat (Pontianak).
Di luar Pulau Jawa dan Kalimantan, potensi banjir rob juga mengancam wilayah pesisir Sulawesi Utara (utara Sulawesi Utara, utara Kepulauan Sangihe, Timur Sangihe, utara Talaud, timur Talaud), dan Maluku (Maluku Tengah, Saumlaki, Kai, Aru, Seram Timur, Ambon) serta Maluku Utara (Morotai, Tobelo, Loloda, Wasile, Patani, dan Gabe). BMKG memprediksi potensi banjir rob ini akan berlangsung dari tanggal 13 Maret hingga 31 Maret 2025, dengan durasi tiga hingga enam hari di setiap provinsi. Sebagai contoh, di Pesisir Bandar Lampung, banjir rob diprediksi akan terjadi pada 30 Maret hingga 4 April 2025.
Antisipasi dan Mitigasi Banjir Rob
Menghadapi potensi banjir rob yang dipicu oleh fenomena Worm Moon, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi. Peringatan dini dari BMKG harus disosialisasikan secara luas kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Penting juga untuk mempersiapkan infrastruktur yang memadai untuk menghadapi potensi kenaikan air laut, seperti membangun tanggul dan sistem drainase yang baik.
Selain itu, masyarakat di wilayah pesisir perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi banjir rob. Masyarakat perlu memahami tanda-tanda akan terjadinya banjir rob dan memiliki rencana evakuasi yang matang. Kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif dari banjir rob dan melindungi keselamatan jiwa serta harta benda masyarakat.
BMKG terus memantau perkembangan situasi dan akan memberikan informasi terkini terkait potensi banjir rob. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.