Waspada Leptospirosis! Pakar Kesehatan Imbau Warga Jakarta untuk Tetap Waspada
Banjir di Jakarta meningkatkan risiko leptospirosis; pakar kesehatan mengimbau warga untuk waspada dan menjaga kebersihan.

Banjir yang melanda Jakarta menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya risiko penyakit leptospirosis. Prof. Tjandra Yoga Aditama, pakar kesehatan, memberikan peringatan serius terkait hal ini. Peringatan tersebut disampaikan melalui pesan teks pada hari Rabu, 5 Maret 2024, menyusul laporan genangan air di berbagai wilayah Jakarta.
Menurut Prof. Tjandra, banjir menyebabkan tikus yang hidup di dalam lubang keluar untuk menyelamatkan diri. Hal ini meningkatkan kontak antara tikus dan manusia, sehingga feses dan urine tikus yang mengandung bakteri leptospira bercampur dengan air banjir. Kontak langsung dengan air banjir yang terkontaminasi inilah yang menjadi ancaman utama penyebaran leptospirosis.
Ia menekankan pentingnya kewaspadaan, terutama bagi individu dengan luka terbuka. Luka terbuka meningkatkan risiko infeksi leptospirosis jika terpapar air banjir yang terkontaminasi. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak langsung dengan air banjir.
Ancaman Leptospirosis dan Gejalanya
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang masuk ke tubuh melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus. Gejala leptospirosis dapat berupa demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius), sakit kepala, kelemahan tubuh, nyeri betis yang menyebabkan kesulitan berjalan, kemerahan pada bagian putih mata, serta menguningnya mata dan kulit.
Prof. Tjandra menyarankan agar masyarakat menghindari kontak dengan air banjir, terutama jika memiliki luka terbuka. Penggunaan alas kaki pelindung saat berada di area yang tergenang air juga sangat dianjurkan. Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan untuk meminimalisir populasi tikus sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini. "Selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar," pesan Prof. Tjandra.
Jika mengalami demam mendadak, sakit kepala, dan menggigil, segera cari pertolongan medis. Penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Penyakit Lainnya yang Perlu Diwaspadai
Selain leptospirosis, banjir juga meningkatkan risiko penyakit lain seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, infeksi, alergi, tifus, dan demam berdarah. Prof. Tjandra mengingatkan bahwa fasilitas dan sumber daya di tempat evakuasi mungkin terbatas, termasuk ketersediaan air bersih.
Sumur dangkal yang sering menjadi sumber air minum warga seringkali terkontaminasi selama banjir, sehingga meningkatkan risiko penyakit yang terkait dengan diare. Oleh karena itu, masyarakat yang mengungsi diimbau untuk merebus air minum hingga mendidih, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari penumpukan sampah, dan rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau minum, serta setelah buang air kecil atau besar.
Pencegahan leptospirosis dan penyakit lainnya yang terkait dengan banjir membutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai dan melakukan penyemprotan disinfektan di daerah yang terdampak banjir. Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dengan meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalisir risiko terkena leptospirosis dan penyakit lainnya selama musim hujan dan banjir.