Waspada Leptospirosis! Demam dan Nyeri Otot, Gejala Infeksi Air Kencing Tikus yang Membahayakan
Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengingatkan masyarakat akan bahaya leptospirosis atau infeksi air kencing tikus, yang gejalanya meliputi demam, nyeri otot, dan batuk berdarah, serta langkah pencegahan yang perlu dilakukan.

Kota Tangerang tengah menghadapi peningkatan risiko leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri melalui air kencing tikus. Gejala leptospirosis beragam, mulai dari demam, nyeri kepala dan otot, batuk (dengan atau tanpa darah), hingga pendarahan. Penularan terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus, yang kontaminasinya meningkat pesat saat musim hujan dan banjir.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr. Dini Anggraeni, menjelaskan bahwa air kencing tikus yang terbawa banjir dapat mencemari tanah, makanan, dan benda-benda di sekitar tempat tinggal, sehingga meningkatkan risiko penularan. Masa inkubasi leptospirosis rata-rata tujuh hingga sepuluh hari sebelum gejala klinis muncul. Oleh karena itu, kewaspadaan masyarakat sangat penting, terutama di wilayah rawan banjir.
"Maka itu selama musim hujan ini, masyarakat diminta waspada terhadap penyakit leptospirosis. Karena berpotensi terjangkit penyakit tersebut terlebih pada wilayah rawan banjir," ujar dr. Dini dalam keterangan resminya. Pernyataan ini menekankan urgensi pencegahan dan deteksi dini leptospirosis di tengah peningkatan risiko penularan.
Mengenal Lebih Dekat Leptospirosis dan Kelompok Risiko
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat pada air kencing hewan, terutama tikus. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat, bahkan berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Gejala awal seringkali mirip flu, seperti demam, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, gejala yang lebih serius seperti pendarahan dan gangguan fungsi organ juga dapat terjadi.
Beberapa kelompok masyarakat memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi leptospirosis. Mereka yang tinggal di daerah rawan banjir, petani, peternak, pekerja rumah pemotongan hewan, dan pembersih selokan termasuk dalam kelompok berisiko tinggi. Kontak langsung dengan air yang terkontaminasi urine tikus merupakan faktor utama penularan.
Penting untuk memahami bahwa pencegahan leptospirosis lebih efektif daripada pengobatan. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius.
Pencegahan dan Pengobatan Leptospirosis
Untuk mencegah penyebaran leptospirosis, dr. Dini menyarankan beberapa langkah penting. Pengendalian populasi tikus melalui perbaikan sanitasi dan penggunaan perangkap tikus sangat krusial. Vaksinasi pada hewan ternak juga dapat membantu mengurangi risiko penularan. Selain itu, disinfeksi pada penampungan air perlu dilakukan secara rutin.
Pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti sepatu boot dan sarung tangan juga dianjurkan saat beraktivitas di daerah yang berpotensi terkontaminasi. Hal ini membantu meminimalisir kontak langsung dengan tanah atau air yang mungkin mengandung bakteri Leptospira. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, risiko tertular leptospirosis dapat dikurangi secara signifikan.
Dalam hal pengobatan, leptospirosis ringan biasanya dapat sembuh dalam waktu tujuh hari tanpa pengobatan khusus. Namun, untuk kasus berat, pemeriksaan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat sangat penting. Pengobatan akan difokuskan pada meredakan gejala dan mengatasi infeksi bakteri.
"Kalau kondisi berat, silakan melakukan pemeriksaan ke puskesmas agar diberikan obat-obatan untuk meredakan gejala dan mengatasi infeksi bakteri," jelas dr. Dini. Pernyataan ini menekankan pentingnya konsultasi medis untuk penanganan leptospirosis yang optimal.
Kesimpulan
Leptospirosis merupakan ancaman serius yang perlu diwaspadai, terutama selama musim hujan. Pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengendalian tikus, dan penggunaan APD merupakan langkah-langkah penting untuk melindungi diri dari infeksi. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat juga sangat krusial untuk mencegah komplikasi yang serius. Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko leptospirosis di masyarakat.