Fiersa Besari Selamat dari Tragedi Pendakian Carstensz Pyramid, Dua Pendaki Meninggal
Musisi Fiersa Besari dan beberapa pendaki selamat setelah terjebak di Carstensz Pyramid akibat cuaca buruk, namun dua pendaki lainnya meninggal dunia.

Jakarta, 3 Maret 2025 - Musisi dan pendaki Fiersa Besari akhirnya memberikan kabar mengenai kondisinya setelah terjebak di Carstensz Pyramid (Puncak Jaya), puncak tertinggi di Indonesia. Ia menyampaikan kabar tersebut melalui media sosialnya pada Senin, 3 Maret 2025, setelah sempat tertahan di Lembah Kuning (Yellow Valley) akibat cuaca buruk. Kejadian ini mengakibatkan dua pendaki wanita meninggal dunia, sementara Fiersa dan beberapa rekannya berhasil dievakuasi.
Dalam unggahannya, Fiersa meminta maaf atas keterlambatan memberikan kabar. Ia menjelaskan bahwa dirinya dan rombongan mengalami keterlambatan karena cuaca buruk yang mengganggu akses helikopter, satu-satunya jalur resmi menuju Lembah Kuning. "Saya juga ingin meminta maaf karena baru mengabari perihal situasi Carstensz Pyramid, karena kami yang berada di 'basecamp' Lembah Kuning pun merasa sangat syok dan berduka atas tragedi yang telah terjadi," tulis Fiersa.
Tragedi ini menewaskan dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono. Kejadian ini terjadi saat proses pendakian yang merupakan bagian dari misi Fiersa Besari dalam menyelesaikan ekspedisi 'Atap Negeri', mendaki 33 puncak gunung di Indonesia. Meskipun mengalami keterlambatan akibat cuaca buruk dan duka atas meninggalnya rekan-rekannya, Fiersa dan rekannya, Furky Syahroni, akhirnya berhasil kembali ke Timika, Papua Tengah pada 3 Maret 2025 dalam kondisi stabil.
Evakuasi dan Kondisi Terkini
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memastikan bahwa 13 orang pendaki, termasuk Fiersa Besari dan tiga warga negara asing (WNA) asal Turki dan Rusia, selamat dari insiden tersebut. Kepala Kantor SAR Timika, I Wayan Suyatna, mengkonfirmasi hal ini pada Minggu malam. Proses evakuasi sempat terhenti sementara karena cuaca buruk, dan dilanjutkan pada Senin, 3 Maret 2025.
Menurut keterangan Basarnas, para pendaki meminta bantuan karena diduga ada anggota tim yang mengalami gejala AMS ('acute mountain sickness') saat perjalanan turun gunung. Selain Fiersa Besari dan Furky Syahroni, pendaki lain yang selamat antara lain Indira Alaika, Poegiono, Saroni, Ludy Hadiyanto, dua WNA Turki, dan satu WNA Rusia. Kelima pemandu pendakian, Nurhuda, Alvin Perdana, Arlen Kolinug, Jeni Dainga, dan Ruslan juga berhasil dievakuasi dengan selamat.
Korban meninggal, Elsa Laksono, telah dievakuasi pada Minggu pagi dan dibawa ke RSUD Timika. Proses evakuasi melibatkan tim gabungan dari TNI AD Timika, TNI AL Timika, Brimob Timika, Polsek Tembagapura, dan petugas PT Freeport Indonesia. Evakuasi terhadap Lilie Wijayanti dan pendaki yang selamat lainnya dilakukan pada Senin, 3 Maret 2025.
Kondisi Cuaca dan Akses
Cuaca buruk menjadi faktor utama yang menghambat proses evakuasi dan menyebabkan keterlambatan informasi. Helikopter merupakan satu-satunya akses resmi menuju Lembah Kuning, sehingga kondisi cuaca yang buruk sangat mempengaruhi proses penyelamatan. Hal ini juga menyebabkan keterlambatan informasi dari tim pendaki yang terjebak.
Insiden ini menyoroti pentingnya persiapan yang matang dan antisipasi terhadap kondisi cuaca ekstrem dalam kegiatan pendakian gunung. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi para pendaki untuk selalu memprioritaskan keselamatan dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum memulai pendakian.
Meskipun Fiersa Besari dan sebagian besar tim pendakian selamat, tragedi ini meninggalkan duka mendalam atas meninggalnya dua pendaki wanita. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.