IMI Dorong Standarisasi Uji Kendaraan Kustom: Kreativitas dan Keselamatan Jalan Raya
IMI mendorong revisi aturan uji kendaraan kustom agar lebih mengakomodasi kreativitas lokal tanpa mengabaikan keselamatan, membuka peluang ekonomi baru, dan melindungi kendaraan bersejarah.

Wakil Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bidang Mobilitas, Rifat Sungkar, mengungkapkan bahwa IMI tengah berupaya agar regulasi kustomisasi kendaraan bermotor di Indonesia lebih bijak dan mengakomodasi kreativitas anak bangsa. Pernyataan ini disampaikan pada Senin di Jakarta, menanggapi aturan uji kendaraan yang dinilai kurang fleksibel terhadap modifikasi kendaraan kustom.
Rifat menjelaskan bahwa standar uji yang berlaku saat ini cenderung mengacu pada standar pabrikan besar, kurang memperhatikan aspek kreativitas para mekanik dan builder lokal. Ia menekankan perlunya formulasi baru yang mampu menyeimbangkan antara kreativitas dan aspek keselamatan.
Lebih lanjut, Rifat menjelaskan bahwa kendaraan kustom merupakan hasil karya manusia, bukan produk mesin dengan akurasi sempurna. Oleh karena itu, proses pengujian harus mempertimbangkan faktor manusia dan perbedaan proses pembuatan di tingkat lokal, tanpa mengesampingkan prioritas utama yaitu keselamatan berkendara di jalan raya.
Mendorong Pertumbuhan Industri Otomotif Lokal
Rifat Sungkar melihat potensi besar sektor otomotif Indonesia, khususnya industri kustomisasi kendaraan. Ia berharap regulasi yang tepat dapat mendorong pertumbuhan industri ini dan menciptakan sumber pendapatan pajak baru yang signifikan. Menurutnya, dengan regulasi yang mendukung, Indonesia dapat bertransformasi menjadi produsen otomotif, bukan hanya konsumen.
IMI berkomitmen untuk mempermudah kendaraan kustom lolos uji, dengan tetap mempertimbangkan kreativitas dan kemampuan lokal. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk mengembangkan industri otomotifnya secara mandiri.
Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No.45/2023 tentang Kustomisasi Kendaraan Bermotor menjadi landasan utama dalam upaya ini. IMI berharap Permenhub tersebut dapat diimplementasikan secara bijaksana dan fleksibel.
"Saya yakin, dengan regulasi yang tepat, kita bisa menciptakan sumber pendapatan pajak baru yang sangat besar dari industri kustom ini," kata Rifat Sungkar.
Melindungi Kendaraan Bersejarah Indonesia
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, IMI juga berupaya melindungi kendaraan bersejarah di Indonesia. Seringkali, kendaraan tua dianggap tidak layak jalan karena biaya pajak yang tinggi. Namun, Rifat menekankan bahwa banyak kendaraan lama yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang perlu dijaga.
Ia mencontohkan negara lain yang memiliki segmen khusus untuk kendaraan bersejarah (historical vehicles). Indonesia, menurutnya, perlu memiliki segmen serupa untuk melindungi kendaraan berusia lebih dari 30 tahun.
Dengan adanya standarisasi uji kendaraan kustom yang lebih mengakomodatif, diharapkan kendaraan-kendaraan bersejarah ini dapat tetap terjaga dan dilestarikan.
IMI berharap revisi aturan ini dapat memberikan solusi atas permasalahan yang ada dan mendorong perkembangan industri otomotif nasional secara berkelanjutan.
Inisiatif IMI ini menunjukkan komitmen untuk menyeimbangkan kreativitas, keselamatan, dan pelestarian warisan budaya melalui kendaraan bersejarah. Harapannya, regulasi yang lebih baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga nilai sejarah Indonesia.