Mengapa Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand? Ternyata 'Special Event' Belum Digarap Maksimal untuk Gaet Wisman!
Pariwisata Indonesia berpotensi besar, namun Ketua ICPI Azril Azhari sebut 'special event' belum digarap profesional untuk menarik wisatawan mancanegara. Apa saja tantangannya?

Potensi pariwisata Indonesia yang begitu besar masih belum sepenuhnya tergarap secara optimal, terutama dalam menarik lebih banyak wisatawan mancanegara. Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari, menyoroti salah satu faktor krusial yang perlu dibenahi. Menurutnya, penggarapan "special event" atau acara khusus di Tanah Air belum dilakukan secara profesional.
Pernyataan ini disampaikan Azril saat dihubungi oleh ANTARA di Jakarta pada Senin (28/7). Ia menegaskan bahwa "special event" memiliki potensi luar biasa yang dapat dikolaborasikan dengan destinasi wisata. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di kancah global.
Azril menyayangkan bahwa kondisi ini menjadi salah satu alasan mengapa pariwisata Indonesia masih tertinggal dari Thailand. Negeri Gajah Putih tersebut dinilai lebih unggul dalam mengemas pengalaman berwisata. Mereka mampu menyelipkan kegiatan spesial yang membuat destinasi menjadi lebih menarik bagi para pengunjung internasional.
Mengoptimalkan 'Special Event' untuk Wisatawan Mancanegara
Menurut Azril Azhari, "special event" merupakan potensi besar yang belum tergarap secara profesional. Padahal, kegiatan semacam ini dapat menjadi daya tarik utama untuk menggaet wisatawan mancanegara. Indonesia memiliki kekayaan wisata yang beragam, mulai dari spa hingga terapi kesehatan di berbagai daerah, namun belum dikelola secara profesional.
Azril menyebutkan bahwa Thailand telah lebih baik dalam mengemas pengalaman berwisata. Mereka berhasil menyisipkan kegiatan spesial yang membuat destinasi terasa lebih hidup dan menarik bagi turis. Ini menjadi pelajaran penting bagi Pariwisata Indonesia untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan acara.
Lebih lanjut, Azril menyarankan pemerintah untuk menyadari adanya pergeseran paradigma pariwisata. Jika sebelum tahun 1980 fokus pada kuantitas turis (mass tourism), kini telah bergeser ke wisata yang disesuaikan (customized tourism). Contohnya adalah wisata kesehatan yang mencakup pengobatan, penyembuhan, kebugaran, wisata geronto, kuliner, hingga wisata bahari.
Pengunjung saat ini menginginkan pariwisata yang personal, lokalisasi, dan berkelompok kecil dengan minat khusus. Oleh karena itu, pengembangan "special event" yang relevan dengan minat khusus ini akan sangat efektif dalam menarik segmen pasar yang tepat.
Tantangan Konektivitas dan Promosi Global Pariwisata Indonesia
Secara terpisah, Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi, menambahkan bahwa konektivitas menjadi salah satu kunci penting. Ia menekankan perlunya pembenahan jalur udara yang ditempuh wisatawan jika Indonesia ingin bersaing dengan Thailand. Kemudahan visa juga sangat krusial, terutama bagi pasar terbesar seperti Tiongkok, Eropa, atau Asia Tengah.
Taufan menjelaskan bahwa Thailand unggul karena konektivitas udaranya yang murah dan tingkat kebutuhan pariwisata yang tinggi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Pariwisata Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat memperbanyak penerbangan langsung dari negara asal turis ke Indonesia, sehingga mempermudah akses wisatawan tanpa memakan banyak waktu.
Dari segi promosi, Taufan menyarankan agar pemerintah melibatkan wisata halal dalam promosinya ke dunia. Thailand juga dikenal ramah terhadap wisatawan Muslim, dan Indonesia memiliki potensi besar dalam segmen ini yang perlu terus dikomunikasikan. Selain itu, program insentif bagi wisatawan di Thailand juga lebih variatif dan menarik.
Pemerintah juga perlu lebih banyak mempromosikan wisata tematik, seperti wisata spiritual di Toraja atau keindahan alam melalui taman bumi (geopark) seperti Geopark Kaldera Toba. Peningkatan digitalisasi layanan wisata, baik untuk pemesanan maupun pembayaran paket, juga menjadi hal penting. Promosi "Wonderful Indonesia" harus dilakukan secara konsisten dan masif di seluruh kanal media promosi mancanegara.