Pendidikan Menyenangkan: Cetak Generasi Pintar dan Berakhlak Mulia
Perdebatan Aura Cinta dengan Dedi Mulyadi menyoroti pentingnya pendidikan menyenangkan yang mencetak generasi tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia, seperti yang diterapkan GSM, Padepokan Margosari, dan Amuba.

Perdebatan antara Aura Cinta, remaja lulusan SMA, dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini menyita perhatian publik. Keberanian Aura Cinta dalam menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap larangan wisuda dan study tour, meskipun niat larangan tersebut baik, mengungkap permasalahan mendasar: defisit akhlak dan rendahnya tata krama pada generasi muda. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya pendidikan karakter yang efektif dalam membentuk generasi penerus bangsa.
Kasus Aura Cinta hanyalah puncak gunung es. Banyak remaja yang menunjukkan perilaku dan sikap yang memprihatinkan, menjadi sumber keluhan guru dan orang tua. Kegelisahan ini telah memicu berbagai upaya untuk mencari solusi, termasuk pengembangan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan dan berfokus pada pembentukan karakter.
Lembaga pendidikan formal seringkali terpaku pada kurikulum yang dinamis. Namun, beruntung banyak komunitas dan lembaga non-formal yang mengambil peran penting dalam membentuk karakter generasi muda. Metode pembelajaran berbasis kasih sayang dan perhatian, seperti yang diterapkan di berbagai rumah belajar, menjadi suplemen penting dalam pendidikan akhlak yang mungkin kurang mendapatkan porsi di sekolah formal. Pendekatan ini terbukti efektif, terutama untuk anak-anak yang cenderung bengal akibat minimnya kasih sayang di lingkungan keluarga.
Metode Pembelajaran yang Menyenangkan dan Efektif
Pertanyaan siapa yang bertanggung jawab atas perilaku generasi muda saat ini tidak akan menghasilkan solusi. Yang lebih penting adalah aksi nyata untuk memperbaiki situasi. Berbagai gerakan pendidikan telah bermunculan, salah satunya adalah Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Yogyakarta. GSM mendorong transformasi pendidikan yang memanusiakan dengan pendekatan berbasis komunitas, membangun ekosistem sekolah yang menyenangkan dan kolaboratif.
Pendekatan yang diterapkan GSM menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif, di mana murid dapat menemukan potensi dirinya. Hal senada juga dilakukan Padepokan Margosari di Salatiga, yang didirikan oleh Septi Peni Wulandani. Padepokan ini menerapkan pendidikan berbasis rumah, dengan fokus pada iman, akhlak, adab, dan komunikasi. Keberhasilan Septi dalam mendidik anak-anaknya tanpa sekolah formal membuktikan efektivitas metode ini.
Contoh lain adalah Amuba (Anak Muda Bangkit) di Depok, sebuah rumah belajar yang fokus pada pendidikan budi pekerti. Didirikan oleh Ratna Indrati, Amuba menawarkan kurikulum yang menggabungkan pendidikan karakter dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, seperti bahasa Inggris dan permainan. Sekolah gratis ini diikuti anak-anak dari berbagai jenjang usia.
Pendidikan Berbasis Kesadaran dan Kasih Sayang
Kata kunci dalam pendidikan saat ini adalah "menyenangkan". Suasana belajar yang penuh tekanan dan kompetisi akan membuat siswa belajar dengan keterpaksaan. Atmosfer bahagia dan nyaman sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Metode belajar yang inovatif dan atraktif, serta pendekatan kasih sayang dari guru, akan menunjang kenyamanan anak dalam belajar.
Kebebasan memilih dan menekuni apa yang disukai juga penting. Pelajaran agama, akhlak, dan moral harus diberikan dengan membangun kesadaran, bukan hanya hafalan. Pendidikan agama yang menekankan ketauhidan akan mendorong anak untuk berbuat baik atas kesadaran, bukan karena takut dosa atau neraka.
Akhlak, etika, tata krama, dan moral merupakan bagian integral dari pendidikan agama. Dengan pendekatan yang tepat, masalah dekadensi moral dapat diatasi. Anak-anak perlu direbut hatinya, bukan diancam atau dipaksa. Generasi di atasnya perlu menjadi teladan yang baik. Rumah, lingkungan, dan sekolah harus menjadi tempat belajar yang menyenangkan.
Dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, diharapkan akan lahir generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki pribadi yang mengesankan. Pendidikan menyenangkan adalah kunci untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia.