Pendidikan Karakter: Kunci Generasi Unggul Indonesia
Kemendikbudristek mendorong pendidikan karakter sebagai fondasi generasi Indonesia yang unggul, cerdas, dan berintegritas, melalui kolaborasi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Abdul Mu'ti terus berinovasi. Salah satu fokus utamanya adalah menanamkan nilai-nilai karakter positif sejak dini untuk mencetak generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul. Inisiatif ini dijadwalkan rampung pada tahun 2025.
Langkah Kemendikbudristek ini sejalan dengan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 3 dan 5. Pasal tersebut menekankan pentingnya pendidikan yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjunjung tinggi nilai agama dan persatuan bangsa. Tujuan akhirnya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan peradaban.
Program pendidikan karakter ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari program serupa di era pemerintahan sebelumnya, mulai dari era Presiden SBY hingga pemerintahan Presiden Jokowi. Pada 2016, Kemendikbud (sebelumnya) merumuskan lima nilai utama pendidikan karakter:
- Religius: Menghargai semua agama dan kepercayaan, anti-kekerasan, toleransi, cinta damai, dan kerja sama.
- Nasionalis: Kesetiaan pada bangsa, cinta Tanah Air, rela berkorban, dan toleransi antar budaya.
- Mandiri: Etos kerja tinggi, tangguh, profesional, dan berani.
- Gotong Royong: Solidaritas, musyawarah, mufakat, dan kerelawanan.
- Integritas: Jujur, komitmen tinggi, dan bertanggung jawab.
Pembentukan karakter yang ideal membutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Mengutip pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang “Tri Pusat Pendidikan”, sekolah, keluarga, dan masyarakat memegang peran penting. Bukan hanya sekolah, pendidikan karakter harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keluarga, khususnya orang tua, menjadi pilar utama. Orang tua sebagai role model sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak. Menurut Hyoscyamina, D. E., dalam Jurnal Psikologi Undip, keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini melalui teladan dan nilai-nilai akhlak yang baik.
Guru juga berperan krusial. Mereka tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menjadi panutan dalam bersikap dan bertindak. Guru perlu menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan berpusat pada pemecahan masalah agar siswa dapat mengembangkan nilai-nilai karakter positif. Pembelajaran humanis yang menekankan solidaritas dan cinta kasih juga sangat penting.
Pendidikan karakter menjadi kunci peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Suksesnya pendidikan karakter akan berdampak signifikan pada individu, masyarakat, dan bangsa. Output-nya antara lain mencetak warga negara yang bertanggung jawab, meningkatkan kualitas masyarakat, mendorong perkembangan ekonomi, dan mengurangi masalah sosial.
Untuk mencapai tujuan mulia ini, diperlukan dukungan dan kerja sama semua pihak, termasuk pemerintah, pendidik, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter yang kuat akan menghasilkan generasi unggul, berintegritas, dan berbudaya, yang siap menghadapi tantangan masa depan dan membawa Indonesia ke arah kemajuan yang lebih baik.
*) M Aminudin adalah peneliti pada Institute for Strategic and Development Studies (ISDS), pernah menjabat sebagai staf ahli di Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ staf ahli DPRRI 2008, Pengurus Pusat Ikatan alumni Unair