Tahukah Anda? Dukungan Emosional Ibu Menyusui Kunci Sukses Produksi ASI, Bukan Hanya Fisik
Keberhasilan menyusui tak hanya fisik, melainkan juga psikologis. Dokter anak UI tegaskan pentingnya dukungan emosional ibu menyusui dari lingkungan terdekat demi produksi ASI optimal.

Dokter spesialis anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa keberhasilan menyusui tidak hanya bergantung pada kondisi fisik ibu semata. Faktor psikologis dan dukungan dari lingkungan terdekat juga memegang peranan krusial dalam proses ini. Pernyataan penting ini disampaikan dalam sebuah diskusi media yang diadakan di Jakarta Pusat baru-baru ini.
Menurut dr. Tiwi, sapaan akrabnya, terdapat dua hormon utama yang secara signifikan memengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI), yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin memang sudah ada sejak masa kehamilan, diproduksi oleh plasenta sejak usia kandungan 16 minggu. Namun, oksitosin atau yang sering disebut sebagai hormon cinta, sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis serta emosional ibu.
Oleh karena itu, ibu menyusui membutuhkan rasa nyaman, diterima, dan didukung secara emosional agar hormon oksitosin dapat bekerja secara optimal. Kondisi psikologis yang tenang dan positif akan berdampak signifikan pada kelancaran serta kuantitas produksi ASI. Hal ini menjadi kunci utama dalam perjalanan menyusui yang sukses dan menyenangkan.
Peran Hormon dalam Produksi ASI dan Kondisi Psikologis Ibu
Produksi Air Susu Ibu (ASI) merupakan proses biologis yang diatur oleh interaksi kompleks dua hormon penting, yakni prolaktin dan oksitosin. Prolaktin bertanggung jawab atas pembentukan ASI di dalam kelenjar payudara, yang produksinya sudah dimulai sejak trimester kedua kehamilan. Namun, mekanisme pengeluaran ASI sangat bergantung pada hormon oksitosin.
Dokter Tiwi menjelaskan bahwa oksitosin sering dijuluki sebagai "hormon cinta" karena produksinya meningkat ketika ibu merasa bahagia, tenang, dicintai, dan tidak tertekan. Sebaliknya, stres, kecemasan, rasa takut, atau perasaan tidak didukung dapat menghambat pelepasan oksitosin. Kondisi emosional negatif ini secara langsung akan memengaruhi kelancaran aliran ASI dari payudara.
Dengan demikian, menciptakan lingkungan yang positif, penuh kasih sayang, dan mendukung secara emosional menjadi sangat esensial bagi ibu menyusui. Kondisi psikologis yang stabil dan tenteram memungkinkan hormon oksitosin bekerja secara optimal. Ini pada akhirnya akan memastikan pasokan ASI yang cukup dan berkualitas bagi pertumbuhan serta perkembangan bayi.
Pentingnya Dukungan Lingkungan Terdekat untuk Ibu Menyusui
Mengingat pengaruh besar kondisi psikologis terhadap produksi ASI, dukungan dari lingkungan terdekat menjadi sangat vital. Peran keluarga, terutama suami, tenaga kesehatan profesional, bahkan suasana di lingkungan rumah sakit, harus mampu menciptakan atmosfer yang mendukung dan kondusif. Ini akan membantu ibu merasa nyaman, tenang, dan tidak terbebani selama masa menyusui.
Dukungan ini sangat krusial terutama pada dua minggu pertama setelah persalinan. Pada periode adaptasi ini, bayi cenderung lebih sering terbangun dan menangis di malam hari. Kondisi ini sering kali disalahartikan oleh sebagian orang sebagai indikasi kurangnya ASI, padahal justru pada malam hari hormon prolaktin berada pada puncaknya.
Dokter Tiwi menekankan bahwa tangisan bayi di malam hari adalah bagian dari mekanisme alami yang sudah diatur oleh Tuhan. Ibu perlu dibantu dan didampingi agar tetap dekat dengan bayinya, serta emosinya tidak terganggu oleh kekhawatiran atau rasa lelah. Dukungan ini penting untuk mencegah ibu merasa sendirian atau terbebani secara berlebihan.
Gangguan emosional pada ibu menyusui kerap kali muncul akibat minimnya dukungan yang diterima dari sekitarnya. Ketika rumah sakit memberikan dukungan, perawat tidak cemberut saat membantu, dan bayi yang menangis dibantu oleh suami serta keluarga tanpa dihakimi, psikologis ibu akan jauh lebih tenang. Kondisi ini sangat mendukung keberhasilan seluruh proses menyusui hingga tuntas.