Arema FC Terima Sanksi Imbas Pelemparan Bus Persik: Denda Rp20 Juta dan Larangan Pertandingan Kandang Tanpa Penonton
Panpel Arema FC menerima sanksi dari Komdis PSSI berupa denda Rp20 juta dan larangan pertandingan kandang tanpa penonton akibat pelemparan bus Persik Kediri di Stadion Kanjuruhan.

Insiden pelemparan bus pemain Persik Kediri pasca pertandingan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Minggu (11/5) berbuntut sanksi bagi Panpel Arema FC. Komdis PSSI menjatuhkan sanksi berupa larangan menyelenggarakan pertandingan kandang tanpa penonton dan denda sebesar Rp20 juta. Ketua Panpel Arema FC, Erwin Hardiyono, menyatakan penerimaan keputusan tersebut dan menekankan komitmen untuk perbaikan ke depan.
Keputusan Komdis PSSI tersebut tertuang dalam surat keputusan bernomor 179/L1/SK/KD-PSSI/V/2025 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Mei 2025. Sanksi ini diberikan sebagai konsekuensi atas tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum suporter Arema FC yang melempari bus pemain Persik Kediri hingga menyebabkan kerusakan dan beberapa penumpang mengalami luka ringan, termasuk pelatih Persik Kediri, Divaldo Alves. Pihak kepolisian saat ini tengah melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku pelemparan tersebut.
Erwin Hardiyono menyatakan bahwa insiden ini menjadi pembelajaran berharga bagi Panpel Arema FC untuk melakukan pembenahan dan introspeksi diri. Ia berharap kejadian ini dapat mendorong peningkatan sportivitas dan penegakan ketertiban, keamanan, dan kenyamanan selama pertandingan berlangsung. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Presidium Aremania Utas, diharapkan dapat membantu mewujudkan hal tersebut.
Sanksi Komdis PSSI dan Komitmen Arema FC
Panpel Arema FC menyatakan menerima sanksi dari Komdis PSSI dengan lapang dada. "Kami dari Panpel Arema FC menerima keputusan dari Komdis PSSI," ujar Erwin Hardiyono. Pihaknya berkomitmen untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Mereka optimistis dengan kerja sama berbagai pihak, termasuk kepolisian, untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman dan sportif.
Erwin menambahkan bahwa sanksi ini menjadi momentum untuk introspeksi dan pembenahan. "Ini juga untuk introspeksi dan pembenahan," katanya. Pihaknya berharap dukungan dari seluruh suporter Arema FC untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan sportivitas selama pertandingan. Komitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua pihak tetap menjadi prioritas utama.
Panpel Arema FC optimistis bahwa dengan bantuan dari Presidium Aremania Utas dan berbagai pihak lainnya, seluruh suporter Arema FC akan semakin menjunjung tinggi nilai sportivitas. Mereka berkomitmen untuk terus berbenah dan meningkatkan keamanan serta kenyamanan di stadion. "Kami semua akan berbenah dan semakin sportif dalam menjaga ketertiban, keamanan, dan kenyamanan selama pertandingan," tegas Erwin.
Kepercayaan terhadap proses hukum juga diungkapkan oleh Erwin. Ia optimistis kepolisian akan mampu mengusut peristiwa ini secara profesional dan menangkap pelaku pelemparan. "Kami percaya pihak kepolisian akan segera mengungkap dan menangkap pelaku penyerangan," tambahnya.
Penyelidikan Kepolisian dan Kronologi Kejadian
Polres Malang telah melakukan penyelidikan intensif terkait insiden pelemparan bus Persik Kediri. Sebanyak 15 saksi telah dimintai keterangan, dan polisi juga memeriksa rekaman video dari berbagai sumber, termasuk media sosial dan CCTV di sekitar Stadion Kanjuruhan. Penyelidikan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku pelemparan yang menyebabkan kerusakan pada bus dan luka ringan pada beberapa penumpang.
Insiden pelemparan terjadi pada Minggu (11/5) setelah bus yang membawa pemain dan ofisial Persik Kediri meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Orang tak dikenal melempari bus tersebut dengan batu, mengakibatkan kaca bagian kiri bus pecah. Beberapa penumpang, termasuk pelatih Divaldo Alves, mengalami luka ringan akibat kejadian tersebut. Polisi berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku.
Proses penyelidikan melibatkan pengumpulan berbagai bukti dan keterangan saksi. Polisi berharap dapat segera mengungkap identitas pelaku dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Panpel Arema FC, sangat penting dalam mengungkap kasus ini secara tuntas dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Kejadian ini menjadi sorotan dan perhatian publik karena menyangkut masalah keamanan dan sportivitas dalam dunia sepak bola Indonesia. Semoga kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman, tertib, dan sportif.