Arema FC Desak Polisi Usut Pelemparan Bus Persik Kediri
Manajemen Arema FC mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus pelemparan bus Persik Kediri usai pertandingan Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang dinilai mencoreng sportivitas.

Sebuah insiden pelemparan bus pemain Persik Kediri terjadi usai pertandingan Liga 1 melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (11/5). Peristiwa ini membuat manajemen Arema FC geram dan mendesak pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut. Insiden ini terjadi tak lama setelah bus tim Persik Kediri meninggalkan stadion. Pelaku pelemparan hingga kini masih belum diketahui identitasnya, dan motif di balik aksi tersebut masih menjadi misteri.
General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriadi, menyatakan bahwa polisi harus segera menangkap dan mengungkap pelaku serta motif di balik pelemparan tersebut. "Polisi harus menangkap dan mengungkap pelaku dan motif pelemparan bus (pemain) Persik Kediri," tegas Yusrinal dalam pernyataan resminya di Kota Malang, Senin (12/5).
Pihak manajemen Arema FC turut menyayangkan kejadian ini dan menganggapnya sebagai tindakan yang mencoreng nama baik klub serta mencederai sportivitas sepak bola Indonesia. Yusrinal menekankan bahwa jika ada pihak yang merasa tidak puas dengan hasil pertandingan atau performa Arema FC, seharusnya mereka menyampaikannya secara langsung kepada manajemen, bukan dengan tindakan anarkis seperti ini. "Jika pelaku kecewa dengan terkait penyelenggaraan atau kecewa karena Arema FC kalah, kenapa tidak dilimpahkan ke kami?" ujarnya.
Desakan Usut Tuntas dan Kecaman atas Aksi Pelemparan
Manajemen Arema FC merasa kejadian ini sangat merugikan, terlebih mengingat upaya besar yang telah mereka lakukan untuk menyelenggarakan pertandingan di Stadion Kanjuruhan. Mereka menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, termasuk keterbatasan dana akibat sanksi yang pernah diterima klub tersebut. "Padahal klub mengalami masa sulit dengan keterbatasan dana, karena tidak ada pemasukan lantaran harus terusir, rasanya hanya cukup sisa tenaga, semangat dan niat tulus mempertahankan klub ini," ungkap Yusrinal.
Yusrinal juga membeberkan bahwa manajemen telah mengeluarkan dana sekitar Rp1 miliar untuk penyelenggaraan dua pertandingan terakhir, termasuk laga persahabatan dan pertandingan Liga 1 melawan Persik Kediri. Dana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pengamanan hingga peningkatan fasilitas di stadion. "Dari sisi produksi semua upgrading kami laksanakan, mulai ring 1 sampai ring 4 sesuai regulasi dan kebutuhan rencana pengamanan (renpam). Kami memahami semua harus dilakukan untuk kepentingan dan keamanan jalannya pertandingan," jelasnya.
Ia mengajak semua pihak untuk berkomitmen menciptakan lingkungan sepak bola yang aman dan nyaman. "Ayo berpakta integritas, jangan semuanya salah manajemen, introspeksi lah," ajaknya.
Aremania Utas Kutuk Keras Aksi Pelemparan
Tidak hanya manajemen Arema FC, Aremania Utas, sebuah organisasi suporter Arema FC, juga turut mengecam keras aksi pelemparan tersebut. Melalui akun Instagram resminya pada Minggu (11/5), Aremania Utas menyatakan bahwa aksi tersebut tidak dapat dibenarkan dan bertentangan dengan semangat sportivitas. Sepak bola seharusnya menjadi ajang pemersatu, bukan permusuhan apalagi kekerasan.
Aremania Utas juga mendesak aparat penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku pelemparan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak semua suporter Arema FC terlibat atau mendukung tindakan anarkis tersebut. Sikap tegas dari Aremania Utas ini diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan dan mendorong proses penyelidikan agar berjalan lancar.
Kejadian ini menjadi sorotan penting bagi dunia sepak bola Indonesia. Peristiwa pelemparan bus Persik Kediri menunjukkan betapa pentingnya menjaga sportivitas dan keamanan dalam setiap pertandingan. Semoga pihak berwajib dapat segera mengungkap pelaku dan motif di balik aksi ini, serta memberikan sanksi tegas agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kejadian ini juga menjadi pengingat pentingnya peran semua pihak, termasuk manajemen klub, suporter, dan aparat keamanan, dalam menciptakan lingkungan sepak bola yang aman, nyaman, dan menjunjung tinggi nilai sportivitas.