Persela Lamongan Ajukan Banding Sanksi Komdis PSSI, Denda Rp110 Juta & Larangan Suporter Satu Musim
Manajemen Persela Lamongan resmi mengajukan banding atas sanksi Komdis PSSI berupa denda Rp110 juta dan larangan kehadiran suporter selama satu musim kompetisi 2025/2026 akibat kericuhan di TSC Tuban.

Manajemen klub Liga 2 Persela Lamongan menyatakan akan mengajukan banding atas sanksi yang dijatuhkan Komite Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sanksi tersebut terkait kericuhan yang dilakukan suporter Persela saat pertandingan melawan Persijap Jepara di Stadion Tuban Sport Center (TSC), Tuban, Jawa Timur, Selasa (18/2). Keputusan ini diambil setelah Komdis PSSI menjatuhkan sanksi berupa larangan menggelar pertandingan dengan penonton selama satu musim kompetisi 2025/2026 dan denda sebesar Rp110 juta. Insiden tersebut melibatkan perusakan fasilitas stadion dan pembakaran yang menyebabkan pertandingan terhenti.
Manajer Persela Lamongan, Fariz Julinar Maurisal, saat dikonfirmasi di Lamongan pada Minggu, menyatakan, "Terkait hasil sidang Komdis PSSI, kami dari manajemen akan mengupayakan untuk banding agar bisa mendapat keringanan hukuman." Pernyataan ini menegaskan komitmen manajemen Persela untuk mencari solusi atas sanksi yang dianggap memberatkan tersebut. Pihak manajemen berharap proses banding ini dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan bagi klub.
Fariz juga menekankan pentingnya pembelajaran dari insiden ini bagi suporter Persela. Ia berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. "Suporter harus belajar dari hal ini. Setiap tindakan yang dilarang dalam kompetisi Liga 2 pasti ada hukuman," tegas Fariz. Pernyataan ini menunjukkan upaya manajemen untuk mengedukasi suporter agar lebih tertib dan bertanggung jawab dalam mendukung tim kesayangannya.
Banding Resmi Diajukan, Harapan Ringanan Hukuman
Keputusan Komdis PSSI untuk menjatuhkan sanksi kepada Persela Lamongan didasarkan pada pelanggaran yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara (Panpel) Persela. Ketua Komdis PSSI, Eko Hendro, melalui surat resmi tertanggal 21 Februari 2025, memutuskan bahwa Panpel Persela melanggar Kode Disiplin PSSI Tahun 2023. Pelanggaran tersebut meliputi perusakan fasilitas stadion dan pembakaran yang menyebabkan pertandingan terhenti. Bukti-bukti yang cukup telah mendukung keputusan tersebut.
PSSI menegaskan bahwa keputusan menjatuhkan sanksi kepada Persela Lamongan sesuai dengan Pasal 68 huruf (c) jo Pasal 69 ayat 1 dan 2 jo Pasal 70 ayat 1 dan 2 serta lampiran 1 nomor 5 jo Pasal 13 ayat 2 Kode Disiplin PSSI Tahun 2023. Aturan-aturan tersebut mengatur sanksi bagi pelanggaran disiplin yang terjadi dalam pertandingan sepak bola. Dengan adanya regulasi yang jelas, diharapkan dapat mencegah terjadinya kembali insiden serupa di masa depan.
Meskipun mendapat sanksi berat, Persela Lamongan masih memiliki hak untuk mengajukan banding sesuai dengan Pasal 119 Kode Disiplin PSSI. Hak tersebut dimanfaatkan oleh manajemen Persela untuk memperjuangkan keringanan hukuman. Proses banding ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih adil dan mempertimbangkan berbagai faktor yang melatarbelakangi insiden tersebut.
Detail Sanksi dan Harapan ke Depan
Sanksi yang dijatuhkan kepada Persela Lamongan meliputi larangan menggelar pertandingan dengan penonton selama satu musim kompetisi 2025/2026. Selain itu, Persela juga didenda sebesar Rp110 juta. Sanksi ini cukup berat dan berdampak signifikan terhadap klub, terutama dari segi finansial dan dukungan suporter. Namun, manajemen Persela tetap optimistis proses banding akan memberikan hasil yang positif.
Manajemen Persela berharap agar proses banding dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang adil. Mereka juga berharap agar insiden di TSC Tuban dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama suporter, untuk selalu menjaga ketertiban dan sportivitas dalam mendukung tim kesayangannya. Dengan begitu, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang kembali di masa mendatang.
Ke depannya, manajemen Persela berencana untuk meningkatkan koordinasi dengan suporter dan pihak keamanan untuk mencegah terjadinya kericuhan serupa. Upaya edukasi dan sosialisasi kepada suporter juga akan ditingkatkan agar mereka memahami aturan dan sanksi yang berlaku dalam kompetisi sepak bola. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang aman, tertib, dan sportif.
Dengan mengajukan banding, Persela Lamongan menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki situasi dan mencegah terulangnya insiden serupa. Proses banding ini menjadi langkah penting dalam upaya memperbaiki citra klub dan menciptakan iklim sepak bola yang lebih baik.