Pelajaran dari Apel Granny Smith: Resep Sukses Sepak Bola Indonesia
Kekalahan telak Timnas Indonesia dari Australia menyoroti perlunya pembinaan berkelanjutan bak kisah sukses apel Granny Smith dari Sydney, fokus pada bibit pemain muda untuk masa depan gemilang.

Kekalahan mengejutkan Timnas Indonesia 1-5 melawan Australia di Sydney pada babak kualifikasi Piala Dunia 2026 telah mengecewakan banyak pihak. Pertandingan yang digelar Kamis (20/3) ini menunjukkan perbedaan mencolok dengan kemenangan sebelumnya atas Arab Saudi (2-0). Kegagalan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang arah pengembangan sepak bola Indonesia, khususnya terkait strategi jangka panjang dan pembinaan pemain muda.
Kekecewaan publik meluap di media sosial, bahkan di stadion, suporter Indonesia meneriakkan nama Shin Tae-yong, pelatih sebelumnya. Patrick Kluivert, pelatih baru Timnas Indonesia, dinilai belum mampu menyamai prestasi Shin Tae-yong. Keputusan PSSI mengganti pelatih di masa krusial ini pun menuai kritik, dianggap mengganggu harmonisasi tim.
Namun, di tengah kekecewaan, terdapat pelajaran berharga yang dapat dipetik, bukan hanya dari hasil pertandingan, tetapi juga dari sejarah kota Sydney. Kisah apel Granny Smith, sebuah varietas apel hijau terkenal asal Sydney, menawarkan analogi inspiratif bagi pengembangan sepak bola Indonesia.
Bibit Unggul: Meneladani Kisah Sukses Granny Smith
Apel Granny Smith, dikembangkan oleh Maria Ann Smith di pinggiran Sydney sejak tahun 1839. Dari buah apel kepiting Tasmania yang dibuang secara tidak sengaja, tumbuhlah pohon apel yang menghasilkan buah hijau cerah, renyah, dan berasa asam. Dengan ketekunan dan pengetahuan di bidang perkebunan, Maria Smith mengembangkan varietas apel ini hingga dikenal luas.
Pada tahun 1868, apel Granny Smith mulai populer di sekitar Sydney, kemudian ditanam secara resmi oleh pemerintah New South Wales pada tahun 1895. Apel ini dipasarkan secara lokal pada tahun 1900 dan mendunia sejak tahun 1950, menjadi salah satu varietas apel yang paling banyak ditanam di dunia (11,1 persen produksi dunia pada 2017). Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam mengembangkan sesuatu yang berkualitas.
Analogi dengan sepak bola Indonesia sangat jelas: tanpa keseriusan dalam membina bibit pemain muda, mustahil Timnas Indonesia dapat bersaing di level internasional. Seperti Maria Smith yang telaten merawat bibit apelnya, PSSI perlu fokus pada pembinaan pemain muda berbakat dari akar rumput.
Pengembangan Bertahap dan Berkelanjutan
Tidak ada tim nasional yang sukses secara instan. Tim-tim kuat seperti Brasil, Jepang, dan Australia memiliki sistem pembinaan yang terukur, kompetisi ketat, dan kedisiplinan yang tinggi. Hal ini termasuk pengembangan kualitas wasit, asisten wasit, dan tenaga kesehatan pendukung.
Johan Cruyff, legenda sepak bola, pernah mengatakan bahwa dalam sepak bola, individu di dalam timlah yang belajar, bukan tim secara keseluruhan. PSSI perlu fokus pada pengembangan individu pemain, bukan hanya tim secara keseluruhan. Pengembangan ini harus bertahap dan berkelanjutan, bukan instan.
Seperti apel Granny Smith yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk mendunia, pengembangan sepak bola Indonesia juga membutuhkan proses yang panjang. Naturalisasi pemain atau mendatangkan pelatih bintang mungkin memberikan hasil cepat, tetapi tidak menjamin keberhasilan jangka panjang. Fokus utama harus pada pembinaan pemain muda berbakat dari akar rumput.
Benjamin Franklin pernah berkata, "Tanpa pertumbuhan dan progres berkelanjutan, kata-kata seperti peningkatan, pencapaian dan sukses tidak berarti." Prestasi memang penting, tetapi pembinaan pemain muda harus menjadi prioritas utama. Dengan fokus pada pembinaan bibit unggul, sepak bola Indonesia akan memiliki pondasi yang kuat untuk meraih prestasi gemilang di masa depan.
Kesimpulannya, kisah sukses apel Granny Smith mengajarkan kita pentingnya kesabaran, ketekunan, dan fokus pada pembinaan berkelanjutan dalam mencapai kesuksesan. Hal ini berlaku tidak hanya untuk pengembangan varietas apel, tetapi juga untuk pengembangan sepak bola Indonesia. Dengan menanam bibit unggul dan merawatnya dengan baik, mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia bukanlah hal yang mustahil.