Timnas Indonesia di Bawah Kluivert: Total Football Belum Memikat, Kemenangan Jadi Prioritas
Kekalahan telak dari Australia membuat strategi total football ala Belanda di Timnas Indonesia dipertanyakan; fokus kini beralih pada kemenangan untuk peluang lolos ke Piala Dunia 2026.

Timnas Indonesia menelan kekalahan 1-5 dari Australia dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada Kamis malam WIB di Sydney Stadium, Sydney. Kekalahan ini terjadi meskipun Tim Garuda menerapkan gaya permainan total football di bawah pelatih Patrick Kluivert, yang mayoritas staf kepelatihannya berasal dari Belanda. Pertandingan ini memperlihatkan dilema Timnas Indonesia: antara mengejar permainan indah atau memprioritaskan kemenangan demi peluang lolos ke Piala Dunia 2026.
Meskipun Indonesia menguasai bola hingga 60 persen, pertahanan yang rapuh dan penyelesaian akhir yang buruk menjadi penyebab kekalahan. Tiga gol Australia menunjukkan koordinasi lini belakang Indonesia yang masih lemah, sebuah masalah yang telah berulang dalam enam pertandingan sebelumnya. Meskipun menerapkan pressing tinggi dan kombinasi antar lini khas Belanda, hasil akhir tetap mengecewakan bagi mayoritas suporter.
Pertanyaan besar kini muncul: apakah total football, dengan keindahan permainannya, cukup untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia? Atau, apakah pragmatisme dan fokus pada kemenangan menjadi kunci keberhasilan Tim Garuda dalam tiga pertandingan sisa kualifikasi? Dilema ini menjadi tantangan besar bagi pelatih Kluivert dan para pemainnya.
Analisis Permainan dan Kekurangan Timnas Indonesia
Di bawah arahan Patrick Kluivert, Timnas Indonesia mencoba menerapkan gaya permainan total football yang identik dengan sepak bola Belanda. Hal ini terlihat dari dominasi penguasaan bola dan pressing tinggi yang diterapkan. Namun, implementasi total football ini belum menghasilkan hasil yang maksimal. Meskipun penguasaan bola mencapai 60 persen, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah gol yang tercipta.
Salah satu kelemahan utama yang terlihat adalah koordinasi antarlini, terutama di lini pertahanan. Gol-gol yang dicetak Australia menunjukkan kerentanan pertahanan Indonesia. Selain itu, penyelesaian akhir yang buruk juga menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Peluang-peluang emas yang didapatkan Indonesia seringkali gagal dikonversi menjadi gol.
Kekalahan dari Australia juga menambah catatan buruk Indonesia melawan The Socceroos. Sejak 1973, Indonesia belum pernah menang dalam 10 pertemuan, dengan rincian 2 kali imbang dan 8 kali kalah. Ini menjadi tantangan besar bagi Timnas Indonesia untuk memperbaiki performa dan meraih hasil positif di pertandingan-pertandingan berikutnya.
Meskipun terdapat indikator positif seperti penguasaan bola yang tinggi (60 persen, tertinggi sepanjang tujuh pertandingan kualifikasi), kegagalan dalam memanfaatkan peluang dan pertahanan yang rapuh menjadi faktor penentu kekalahan. Ekspektasi gol yang tercatat pun menunjukkan ketimpangan, Australia 2.20 poin dan Indonesia 1.78 poin.
Peluang Lolos ke Piala Dunia 2026
Dengan tiga pertandingan tersisa, peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka, meskipun sangat berat. Timnas Indonesia harus memenangkan sebagian besar pertandingan sisa untuk menjaga asa. Strategi pragmatis mungkin diperlukan untuk meraih poin maksimal, terlepas dari keindahan permainan.
Indonesia saat ini berada di peringkat keempat klasemen Grup C, tertinggal jauh dari Jepang di puncak klasemen. Untuk lolos otomatis, Indonesia harus bersaing dengan Australia dan Arab Saudi untuk memperebutkan peringkat kedua. Namun, peluang terbesar adalah mengamankan peringkat ketiga atau keempat untuk melaju ke putaran keempat.
Tiga pertandingan sisa menjadi layaknya final bagi Timnas Indonesia. Patrick Kluivert memiliki waktu sekitar empat hari untuk mengevaluasi dan memperbaiki kekurangan tim sebelum menghadapi Bahrain di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (25/3). Mentalitas pemain juga akan menjadi faktor penentu dalam perjuangan Tim Garuda untuk mencapai Piala Dunia 2026.
Secara matematis, peluang Indonesia untuk lolos langsung sangat kecil. Namun, perjuangan belum berakhir. Timnas Indonesia harus fokus pada kemenangan di tiga laga sisa, meskipun harus mengorbankan estetika permainan. Kemenangan, bukan keindahan permainan, yang kini menjadi prioritas utama.