Fisioterapi: Kunci Sukses Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia di AAFC 2025
Peran vital fisioterapi dalam menjaga performa, mencegah cedera, dan memulihkan cedera atlet Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia telah membawa mereka hingga ke final AAFC 2025 di Bangladesh.

Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia berhasil mencapai babak final Asian Amputee Football Championship (AAFC) 2025 di Dhaka, Bangladesh. Prestasi membanggakan ini tak lepas dari peran penting yang dimainkan oleh tim fisioterapi. Shofhal Jamil, Kepala Fisioterapi tim, mengungkapkan kontribusi vital fisioterapi dalam menjaga performa dan kesiapan para atlet.
Peran Krusial Fisioterapi di Lapangan dan Luar Lapangan
Shofhal Jamil menjelaskan bahwa fisioterapis berperan ganda, baik di dalam maupun di luar lapangan. Di lapangan, mereka melakukan pemeriksaan cepat terhadap atlet yang mengalami cedera untuk menentukan apakah atlet tersebut dapat melanjutkan pertandingan atau tidak. "Hasil analisa bisa dijadikan patokan untuk menentukan pemain bisa lanjut bermain atau tidak," ujar Shofhal.
Di luar lapangan, peran fisioterapis tak kalah penting. Mereka melakukan pemeriksaan menyeluruh di ruang ganti dan ruang medis, memantau kondisi setiap pemain, baik yang cedera maupun yang tidak. Jika ada cedera, fisioterapis akan merancang program rehabilitasi dan pencegahan cedera yang terukur.
Tantangan dan Kasus Cedera Umum
Shofhal mengakui bergabung dengan Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia merupakan tantangan tersendiri. Cedera yang sering dialami para pemain meliputi sprain ankle, ACL, cedera pergelangan tangan, siku, dan bahu. Kondisi ini membutuhkan penanganan fisioterapi yang tepat dan intensif.
Menurutnya, "Kasus yang paling sering dialami oleh para pemain timnas adalah cedera pada sprain ankle, ACL, wrist, elbow dan shoulder."
Biomekanik dan Risiko Cedera
Shofhal menjelaskan faktor biomekanik yang unik pada pemain sepak bola amputasi. Perubahan Central Of Gravity (COG) karena mereka hanya bertumpu pada satu kaki meningkatkan risiko overuse pada area ankle, lutut, panggul, pergelangan tangan, siku, dan bahu. Hal ini meningkatkan potensi cedera di area-area tersebut.
Oleh karena itu, kolaborasi antara fisioterapis dan pelatih fisik sangat penting untuk merancang program latihan yang tepat dan spesifik sesuai dengan kondisi dan jenis amputasi masing-masing atlet. Program ini harus mempertimbangkan faktor biomekanik unik yang dihadapi para pemain.
Kesimpulan: Kolaborasi untuk Prestasi
Keberhasilan Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia mencapai final AAFC 2025 tak lepas dari kerja keras dan dedikasi seluruh tim, termasuk peran krusial fisioterapis. Kolaborasi yang erat antara fisioterapis, pelatih fisik, dan para atlet menjadi kunci dalam menjaga performa, mencegah cedera, dan memastikan pemulihan yang cepat. Keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan penanganan yang tepat, atlet disabilitas mampu mencapai prestasi gemilang di kancah internasional.