1.156 Ember Bibit Nyamuk Wolbachia Disebar di Srengseng, Jakarta Barat untuk Cegah DBD
Sudinkes Jakbar menyebar 1.156 ember berisi bibit nyamuk Wolbachia di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, sebagai upaya pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD).
Jakarta, 29 April 2024 - Sebanyak 1.156 ember berisi bibit nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia telah disebar di Kelurahan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Inisiatif dari Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat ini bertujuan untuk menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah tersebut. Penyebaran dilakukan dengan penyerahan langsung kepada 'orang tua asuh' yang bertanggung jawab memantau perkembangan bibit nyamuk.
Kepala Sudinkes Jakarta Barat, Erizon Safari, menjelaskan bahwa setiap ember berisi sekitar 200-600 telur nyamuk yang menempel pada kain panel dan pakan pelet. "Hari ini kita lakukan penyebaran di Kelurahan Srengseng," ungkap Erizon. Ia menambahkan bahwa dalam dua minggu ke depan, telur-telur tersebut diharapkan akan menetas menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk dewasa yang mengandung bakteri Wolbachia ini nantinya akan kawin dengan nyamuk lokal. Hasil perkawinan tersebut akan menghasilkan keturunan yang tidak mampu menularkan virus dengue, penyebab DBD. Metode ini merupakan bagian dari program pengendalian penyakit demam berdarah yang inovatif dan ramah lingkungan.
Program Wolbachia di Srengseng: Upaya Pencegahan DBD
Lurah Srengseng, Adit Pratama, menjelaskan peran 'orang tua asuh' dalam keberhasilan program ini. Mereka, bersama tim pengawas dari Puskesmas serta kader jumantik, akan memantau perkembangan telur nyamuk Wolbachia. "Tugas 'orang tua asuh', pengawas dari Puskesmas dan kader jumantik mengasuh dan memastikan ember tersebut tidak dipindah-pindahkan dari tempat yang telah ditentukan. Minimal dilihat perkembangannya, apakah telah menetas," jelas Adit.
Pemantauan ini sangat penting untuk memastikan keberhasilan program. Dengan pengawasan yang ketat, diharapkan telur-telur nyamuk akan menetas dan menghasilkan nyamuk dewasa yang mampu menekan populasi nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD.
Erizon menambahkan bahwa meskipun sebagian besar RW di Srengseng telah berpartisipasi, masih ada satu RW yang menunda implementasi program Wolbachia. "Dari 12 RW, hanya satu RW menunda implementasi Wolbachia, alasannya mereka ingin melihat dulu hasil dari penerapan di RW lain," kata Erizon. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar program ini dapat berjalan efektif dan merata.
Mekanisme Kerja Bakteri Wolbachia dalam Mengendalikan DBD
Bakteri Wolbachia yang terdapat dalam nyamuk Aedes aegypti akan mencegah virus dengue untuk berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Dengan demikian, nyamuk yang terinfeksi Wolbachia tidak dapat menularkan virus dengue kepada manusia. Metode ini merupakan pendekatan biologis yang efektif dan aman untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti.
Proses penyebaran bibit nyamuk Wolbachia ini dilakukan secara terkontrol dan diawasi dengan ketat. Hal ini untuk memastikan keberhasilan program dan mencegah penyebaran nyamuk yang tidak diinginkan. Program ini merupakan salah satu contoh inovasi dalam pengendalian penyakit menular yang berkelanjutan.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk memastikan pemahaman dan dukungan penuh terhadap program pengendalian DBD ini.
Dengan adanya program ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kasus DBD di Jakarta Barat, khususnya di wilayah Srengseng. Langkah ini merupakan bukti komitmen pemerintah dalam melindungi kesehatan masyarakat.