1,7 Juta Lowongan Kerja Luar Negeri Menanti Alumni Undip, Menteri P2MI Ajak Isi Kuota
Menteri P2MI mengajak alumni Undip untuk mengisi 1,7 juta kuota pekerjaan di luar negeri, menekankan pentingnya keahlian dan pelatihan khusus bagi calon pekerja migran Indonesia.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengajak alumni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk mengisi 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri. Ajakan tersebut disampaikan pada acara Halal Bihalal dan Konsolidasi Alumni Keluarga Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/4), seperti yang tercantum dalam rilis pers KP2MI.
Menurut Menteri Karding, peluang ini menjadi solusi untuk menyerap angkatan kerja produktif di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kompetensi bagi para pencari kerja yang ingin mengisi kuota tersebut. KemenP2MI tengah mempersiapkan langkah teknis untuk memastikan calon pekerja migran Indonesia (PMI) memiliki keahlian yang dibutuhkan dan mampu bersaing di pasar kerja internasional.
"Bagi saya ini adalah salah satu alternatif solusi terhadap penyerapan angkatan kerja produktif yang relatif cukup banyak di Indonesia," ungkap Menteri Karding. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar mampu mengisi posisi dengan keterampilan menengah hingga tinggi di luar negeri.
Kesempatan Emas bagi Alumni Undip
Menteri Karding menjelaskan bahwa peluang kerja di luar negeri ini terbuka lebar bagi alumni Undip yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar internasional. KemenP2MI berkomitmen untuk memfasilitasi para pencari kerja agar siap bersaing di kancah global. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja migran Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah penyediaan pelatihan khusus. Pelatihan ini dirancang untuk memastikan calon PMI memiliki keahlian yang dibutuhkan di negara tujuan. Kurikulum pelatihan akan disesuaikan dengan standar di negara tersebut, mengingat perbedaan keterampilan yang dibutuhkan di berbagai negara.
"Kami harus menyiapkan sumber daya manusianya agar yang kita tempatkan ini mulai digeser dari domestik ke yang medium skill sampai pada high skill," tegas Menteri P2MI. Dengan pelatihan yang terstandarisasi, diharapkan para PMI mampu berkontribusi secara optimal di negara tempat mereka bekerja.
Pentingnya Pelatihan yang Terstandarisasi
Menteri Karding juga menekankan pentingnya keseragaman kurikulum pelatihan. Hal ini untuk menghindari pelatihan yang berulang dan tidak efisien. Sebagai contoh, keterampilan tukang las di Korea Selatan berbeda dengan di Jepang atau Indonesia. Oleh karena itu, kurikulum pelatihan harus disesuaikan dengan standar di masing-masing negara tujuan.
"(Kurikulum pelatihan) harus sama, kalau nggak sama nggak bisa nanti double-double pelatihannya. Jadi, misalnya ya, di sana tuh tukang las. Tukang las di Korea beda tukang las dengan Jepang dan di Indonesia," jelas Menteri Karding. Pemerintah akan memastikan kurikulum pelatihan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di luar negeri.
"Jadi, mau tidak mau kurikulumnya harus kita ambil dulu. Ini khusus yang Korea dan Jepang," tambahnya. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing PMI dan membuka lebih banyak peluang kerja di luar negeri.
Dengan adanya program pelatihan yang terstruktur dan terstandarisasi, diharapkan para alumni Undip dan calon PMI lainnya dapat memanfaatkan peluang emas ini untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk melindungi dan memberdayakan pekerja migran Indonesia agar dapat bekerja dengan aman dan terhormat di luar negeri.